Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal
Jakarta, 26 April 2018. Ketika aku mengetik artikel ini, aku ditemani oleh udara Jakarta yang menurutku sejuk. Tidak panas dan juga tidak dingin. PAS banget dipakai untuk menulis.
Menjelang pertambahan usia, sejenak saya merenungi lebih dalam tentang keadaan yang terjadi setahun belakangan ini di hidupku. Begitu banyak kejadian-kejadian yang Allah SWT hadirkan untukku. Kamu tahu salah satunya apa? 2017 itu tahun yang sebagian besar teman-temanku menikah! :)
Yang aku mau bahas lebih lanjut dalam artikelku bukan tentang siapa-siapa saja teman-temanku yang menikah di tahun 2017 namun kali ini yang aku mau bahas adalah tentang "Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal." dan judul ini merujuk kepada sebuah kata, yakni Teman!
Untuk kalian, yang saat ini tengah membaca tulisan ini, aku mau tanya dulu, sadar atau nggak, semakin bertambah usia, teman-teman kalian itu justru bukan semakin banyak malah semakin sedikit? sadar? ya, kalau kalian tidak sadar, aku pribadi sudah menyadarinya dan ya memang benar begitu realitanya.
Menurut beberapa artikel yang aku baca, jawaban dari kenapa semakin bertambah usia, atau semakin dewasa usia seseorang, maka justru teman-teman yang dia punyai semakin sedikit adalah karena "Teman-teman yang masih tetap tinggal bersama kita adalah teman-teman yang menerima kita apa adanya, selalu support kita bagaimana pun kondisi kita, dan teman-teman yang tulus ada di sisi kita."
Apakah kata-kata demikian juga berpengaruh di kehidupanku? ya tentu saja. Semakin usiaku bertambah, semakin aku dewasa, aku merasa hanya hitungan jari saja teman-teman yang berteman dengan tulus kepadaku. Teman-teman yang dulu sering bersama saya, sekarang ini menghilang, tidak tahu keberadaannya.
Filterisasi alamiah untuk teman-teman ini memang terjadi sendirinya. Karena itu membuktikan bahwa hanya teman-teman baik saja yang tetap tinggal. Apalagi jika kamu sudah menorehkan banyak prestasi atau kamu sudah jadi orang terkenal, bakal ketahuan juga teman-teman yang numpang tenar atau teman-teman yang memang tulus berteman sama kamu.
Kadang aku pun tidak mengerti tentang fenomena demikian, tapi ya aku mengalami sendiri. Mungkin saat kalian duduk di bangku SMA, fenomena "kehilangan teman" belum terasa. Karena di waktu SMA itulah waktu-waktu di mana mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya.
Namun, lihatlah ketika kalian lulus kuliah atau sudah memilki karier yang bagus, lihat, apakah teman-teman kalian masih tetap sama banyaknya? aku rasa jawabannya TIDAK! Dan menurut penelitian sederhana zaman sekarang ini muncul berbagai sosial media, satu contohnya adalah Instagram yang di mana memungkinkan kita untuk bisa selalu melihat aktivitas teman-teman kita, sehingga bisa saja timbul perasaan iri hati melihat aktivitas teman-teman kita yang kita lihat di sosial media, sehingga memunculkan juga perasaan minder yang berakibat "udah ah gue gak mau temenan sama dia lagi karena kehidupan dia serba WAH, sementara apalah gue cuma remah-remah." sehingga, teman-teman yang dulunya dekat dengan kita akan menjadi jauh dengan kita.
Tulisan ini sekadar refleksi dari diri saya sendiri. Bukan bermaksud menyindir ataupun menyinyir. Aku mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian, teman-temanku yang masih setia dan tulus untuk tetap tinggal, untuk tetap ada menjadi salah satu support system-ku. Semoga kita bisa terus bersama-sama dalam kebaikan! Terimakasih teman-teman, kalian #OrangBaik :)
Regards,
Rachmah Dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar