Senin, 30 April 2018

Karena Rezeki Bukan Hanya Berupa Materi | #14ArticlesOn14Days

Karena Rezeki Bukan Hanya Berupa Materi 


Aku tahu ini adalah akhir bulan april. Dan aku tahu, ini adalah hari kejepit, karena hari ini terletak di antara hari libur minggu dan hari libur "May Day" di selasa tanggal 1 Mei besok. Apakah kalian penganut paham meliburkan diri di hari kejepit? :)

Oke, postingan #14ArticlesOn14Days udah masuk di hari ke-8. Alhamdulillah berkat kekonsistensian diriku, bisa juga menulis di blog ini untuk #14ArticlesOn14Days di hari ke-8. Di postingan hari kedelapan ini, aku mau sharing sedikit tentang masalah rezeki. Namun, sharing aku di sini, bukan karena aku yang paling paham ilmu agama, yang paling luas wawasan agamanya, bukan itu lho ya! :)

Jadi, semakin ke sini, aku semakin memahami bahwa, ternyata Tuhan memberikan rezeki kepada Hamba-Nya itu bisa bermacam-macam bentuknya. Jangan pernah kita berpikiran, rezeki yang Tuhan berikan itu hanya dalam bentuk materi (uang) saja ya. Benar, rezeki dari Tuhan itu bisa berupa kemudahan, kesehatan, kesempatan, bertemu dengan teman yang baik, serta bertemu dengan jodoh yang baik, itu juga rezeki dari Tuhan, dari Allah Ta'ala :)

Sederhananya, rezeki yang berupa materi ini Allah SWT kasih untuk aku, ketika aku terpilih menjadi juara ke-2 dalam ajang bergengsi bagi insan media di Ajang Penganugerahan MH.Thamrin yang ke-43 di kantor Balai Kota, september 2017 lalu. aku benar-benar merasakan ini adalah salah satu contoh bentuk rezeki dari Allah SWT.

Kemudian, lagi-lagi aku merasakan bahwa rezeki itu bukan hanya materi adalah aku dipertemukan dengan teman-teman yang baik-baik di Quran Indonesia Project. Bulan Februari 2018, aku dipilih dan terpilih untuk menjadi salah satu kontributor di Quran Indonesia Project. Di mana, untuk menjadi kontributor tersebut, aku harus melewati seleksi dengan terlebih dahulu mengirimkan sample audio bacaan quran dengan versi bahasa arab, inggris, dan indonesia.

Dan Alhamdulillah, aku terpilih menjadi salah satu kontributor untuk membacakan surah Al-Ankabut sebanyak 20 ayat di studio Quran Indonesia Project-nya langsung. MasyaAllah, berada dalam satu project yang isinya orang-orang baik adalah sebuah rezeki yang tak ternilai bagiku.

Jadi sekali lagi, rezeki itu banyak sekali di sekitar kita. Tak hanya materi, tapi juga kemudahan, kesempatan, bertemu dengan orang-orang baik, itu juga suatu hal yang patut kita syukuri. Karena belum tentu, orang lain mendapat seperti yang kita dapatkan.

Yang aku sangat yakini adalah "Jika kita orang yang baik, atau kita adalah orang yang tengah berusaha menjadi orang yang baik, maka Tuhan akan mendekatkan kita dan juga mempertemukan kita dengan hal-hal dan orang-orang yang baik pula."

Jadi, mau dapet yang baik-baik? ya dari diri kita sendiri dulu yang harus menjadi baik. Karena sejatinya kebaikan itu akan selalu hadir untuk mereka-mereka yang baik. InsyaAllah..


Regards,

Rachmah Dewi

Minggu, 29 April 2018

Konsisten Itu Sulit! | #14ArticlesOn14Days

Konsisten Itu Sulit! 


Seringnya aku mengisi kelas kepenulisan online, Maka seringnya juga aku ditanyai oleh para peserta kelas dengan pertanyaan yang hampir sama. Kamu tahu apa? begini:

"Kak Dewi, saya mau tanya. Gimana sih cara konsisten untuk menulis naskah, biar naskahnya selesai dan naskahnya bisa jadi buku?"

Pertanyaan tersebut sudah sering aku jawab, dan tak jarang pula orang yang sama menanyakan itu lagi? Lah piye iki...

Rata-rata banyak mengeluhkan untuk konsisten menulis itu berat. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk menyelesaikan naskah buku yang mereka sedang tulis tersebut. 

Oke, sini aku beritahukan sedikit sesuai dengan pengalamanku dalam menggarap buku pertama ya! Betul, aku pun tidak menampik bahwa menjaga konsistensi itu berat, kamu gak akan kuat, biar mereka aja yang kuat! hahaha

Begini, aku mau berbagi sedikit ya. Semoga kalian yang suka nanya ke aku tentang hal ini, baca tulisanku sekarang di #14ArticlesOn14Days ini. Caraku menjaga konsistensi menulis? Saat aku menyelesaikan naskah buku perdanaku, aku dalam satu hari menulis 4 halaman A5 di Microsoft Word. Berat? Ya berat bagi yang nggak niat. Alhamdulillah naskah buku perdana selesai dalam waktu kurang lebih 30 hari. Itu semua karena niat aku yang terpatri sangat kuat untuk bisa menerbitkan buku di tahun 2017.

Seperti halnya puasa di bulan Ramadan selama 30 hari, kalau tidak ada niatan yang kuat, pasti menjalankan puasa sangat terasa berat. Menahan lapar dan dahaga akan terasa sangat menakutkan karena nggak ada niat dalam hati untuk bisa menyelesaikan kewajiban berpuasa tersebut.

Sama halnya dengan menulis tadi, kalau kalian memang sudah ada niatan untuk menyelesaikan sebuah buku, seterjal apapun jalan yang akan ada di depan, kalian pasti bisa melewati. Terus gimana aku bagi waktunya? 

Menulis satu hari empat halaman, dianggap sebuah momok yang menakutkan. Awalnya aku juga menganggap demikian. Tapi setelah dijalani, ya biasa saja tuh gak semenakutkan yang aku pikirkan. Oke masalah bagi waktu ya, aku membiasakan untuk menulis di waktu-waktu senggang. 

Dalam sehari ada berapa jam? yes, 24 Jam! kalian sekolah atau kerja taruhlah waktu kalian akan terpakai sekitar 7 sampai 8 jam (7-8 jam biasanya untuk pekerja kantoran, ya!) nah pasti kan setelah itu ada beberapa jam waktu luang untuk kalian? "Tapi kan abis pulang kerja capek? pengennya kalo udah di rumah ya rebahan aja di kasur, goleran sambil denger musik atau nonton youtube!" nah berarti kalau kalian masih selalu mikir waktu luang hanya dipakai untuk itu, ya agak susah ya naskahnya untuk cepat-cepat selesai.

Harus ada yang dikorbankan! Ya, itulah yang berlaku pada aku saat saya menyelesaikan naskah buku dalam waktu kurang lebih 30 hari di tahun kemarin. Aku sama seperti kalian, yang lebih suka tidur-tiduran setelah capek pulang kerja dibanding harus buka laptop untuk menyelesaikan naskah. 

Tapi, kalau aku terus-terusan menuruti kemalasanku ini, maka aku yakin, tulisanku hanya mengendap saja di laptop, buah pikirku hanya stuck saja di dalam kepalaku, impianku jadi penulis buku gak akan pernah terwujud sampai sekarang. Ya, balik lagi, semua karena niat. 

Aku benar-benar mempunyai niatan kuat untuk menghasilkan karya berupa buku dan semesta pun mendukung niatanku tersebut hingga aku bisa melahirkan buku perdanaku di bulan juli 2017.

Jadi, konsisten itu tidak berat asalkan dibarengi dengan niat! Kalian mau pilih yang mana, terus-terusan nyaman dalam kemalasan, atau bergegas meraih impian dengan didampingi kuatnya sebuah niatan? Hidup kalian, ya kalianlah yang menentukan! :)

Regards,

Rachmah Dewi


Sabtu, 28 April 2018

Lakukan Saja yang Terbaik Menurut Versimu | #14ArticlesOn14Days

Lakukan Saja yang Terbaik Menurut Versimu



Tak terasa sudah masuk di akhir pekan. Ya, hari sabtu sudah menyapaku kembali. Dan aku menghabiskan sebagian hari sabtuku untuk menulis #14ArticlesOn14Days :)

Aku mau bertanya sesuatu dulu pada kalian yang saat ini tengah membaca tulisanku ini. "Pernah atau nggak, kalian ingin melakukan sesuatu kebaikan tapi masih ragu-ragu untuk dilakukan?" Padahal sudah jelas-jelas itu adalah hal baik. Dan berbagai kata "TAPI" muncul di pikiran kalian, "Ya, aku mau sih melakukan itu, tapi....." "Ya, aku ingin sih melakukan itu, tapi...." dan berbagai alasan lain.

Contoh sederhananya begini, kalian suka menulis, kalian sering menulis (Menulis yang aku maksud di sini adalah menulis hal-hal yang bermanfaat ya, bukan tulisan-tulisan status galau kayak di Facebook :p) Tapi kalian malu atau sungkan mempublikasikan tulisan kalian untuk di baca banyak orang. Karena kalian mikir begini "Ah, malu ah. Biarin aja deh tulisanku hanya aku simpan di dalam folder di laptop, toh aku hanya penulis amatir. Siapa yang mau baca tulisanku ini."

Aku sering mengisi kelas kepenulisan online, dan kebanyakkan pertanyaan yang diajukan kepadaku adalah "Kak, gimana sih cara agar percaya diri terhadap tulisan yang kita buat? Terkadang aku gak PD deh sama tulisan yang aku buat, aku kan penulis yang nggak terkenal. Mana ada yang baca tulisan aku."

Khusus di tulisan #14ArticlesOn14Days ini aku mau menceritakan sesuatu pengalaman terbaik dalam hidupku dalam terjun di dunia kepenulisan Indonesia. Mau baca ceritanya? Ya harus mau, orang aku yang mau nulis di sini hehehe.

Bulan September 2017 lalu, aku menerima sebuah email. Email tersebut adalah dari Persatuan Wartawan Indonesia atau yang biasa disingkat PWI. Ternyata PWI mengirimiku sebuah undangan untuk menghadiri acara penganugerahan jurnalistik MH.Thamrin ke-43 begini isi undangan yang ada di dalam email itu:


Kepada Yth,
Bersama ini kami sampaikan bahwa, Ibu menjadi salah satu nominasi pemenang di MHT 2017, dengan tulisan : Kue Rangi, Kudapan Legendaris Khas Jakarta yang Sukar Ditemui yang dimuat di Kompasiana, 22 Juni 2016.

Kami berharap ibu bisa menghadiri acara tersebut, untuk undangan terlampir. Serta kami membutuhkan nomor telp dari ibu, agar kami dapat menghubungi kembali..terima kasih.


Panitia MHT 2017

Setelah membaca undangan di dalam email tersebut ada keheningan yang lama menyelimuti diriku, aku sempat bengong karena saking nggak percayanya "Apa? Tulisan gue masuk nominasi bergengsi dari PWI? lah, kapan gue mengajukan tulisan gue untuk diikutsertakan dalam lomba jurnalistik? kayaknya nggak pernah deh." Berbagai pertanyaan muncul silih berganti dalam benakku.

Ada rasa bahagia yang teramat sangat, ada rasa bingung, ada rasa tidak percaya, ada rasa takjub, dan berbagai perasaan yang campur aduk seperti Gado-gado itu ada di dalam diriku saat aku menerima email tersebut.

Aku kroscek lagi tulisanku di Kompasiana. Aku membuka lagi tulisanku yang katanya masuk nominasi itu. Sungguh tulisan dari seorang penulis receh macamku ini bisa menjadi salah satu nominasi di ajang bergengsi bagi insan media tersebut.

Aku sempat bergumam dalam hati "Ah, yakin nih tulisanku yang terpilih sebagai nominasi? Salah pilih kali ya panitianya. " Aku benar-benar tidak percaya dan benar-benar takjub pada diriku sendiri kenapa aku bisa menjadi salah satu nominee-nya. Dan ketika acara penganugerahaan Jurnalistik MH. Thamrin dihelat di kantor gubernur DKI Jakarta (Balai Kota DKI Jakarta), diumumkanlah artikelku keluar sebagai juara ke-2 untuk kategori Citizen Journalist. Alhamdulillaaahhhh bahagia rasanya!

Jadi inti dari tulisanku di atas apa?

"Semua Tulisan Pasti Akan Menemukan Pembacanya. "

Ya, itu benar adanya kok. Aku sendiri sudah mengalaminya, bahwa tulisan yang kita buat itu nggak ada yang sia-sia. Pasti suatu saat akan ada pembaca yang membaca tulisan kita tersebut. Tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik sesuai kemampuan dan versi kita. Karena apa? Karena Tuhan tahu, siapa-siapa saja Hamba-Nya yang benar-benar berusaha maksimal, maka DIA juga akan memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan usaha Hamba-Nya tersebut.

Dan kalau kalian mau baca tulisanku yang keluar menjadi juara tersebut, kalian bisa buka  tautan ini ya:


Dan kalau kalian mau lihat foto-fotoku saat menerima penghargaan, kalian bisa membuka tautan ini ya:



Regards,

Rachmah Dewi

Jumat, 27 April 2018

Alasan di Balik Sebuah Pilihan | #14ArticlesOn14Days

Alasan di Balik Sebuah Pilihan


Jumat Berkah! salah satu slogan di hari jumat yang paling saya suka setelah "Thanks God It's Friday." entah mengapa, aku sangat menyukai dan mencintai hari jumat. bagiku, hari jumat selalu punya sisi spesial dan tentunya juga, hari jumat itu penuh dengan keberkahan. InsyaAllah...

Di tulisan kali ini, aku akan membahas tentang "Alasan di Balik Sebuah Pilihan" tentu, ini berdasarkan ceritaku ya.

Kalau kamu mengenalku sebagai seorang penulis buku saat ini, kamu harus tahu, bahwa aku terjun di dunia kepenulisan buku baru sekitar 1,5 tahun belakangan ini. Oh ya? Iya! kamu tahu dan kamu percaya atau nggak, saya ini adalah seorang Sarjana Ekonomi yang membelok profesi menjadi seorang penulis buku.

Kok bisa? Ya bisa! Sebenarnya, ini mau aku ceritakan di buku solo keduaku, tapi aku akan ceritakan sedikit saja khusus untuk kalian yang saat ini tengah membaca postingan #14ArticlesOn14Days milikku.

Aku mencintai dunia kepenulisan sudah lama, tepatnya ketika SMA, aku sudah mulai jatuh cinta dengan menulis. Aku senang sekali jika ada pelajaran bahasa Indonesia dengan tugas disuruh membuat karangan atau karya tulis. Bagiku, dengan menulis aku bisa mencurahkan segala rasa yang aku tidak bisa curahkan lewat kata-kata. Bagi sebagian orang, aku dianggap orang yang pendiam, namun jika sudah menulis, aku bisa bermain kata dengan tulisanku sampai berlembar-lembar.

Terbersit keinginan, setelah lulus SMA aku ingin kuliah di jurusan sastra, atau minimal yang ada hubungannya dengan dunia tulis menulis. Namun, karena kedua orangtuaku adalah lulusan Ekonomi, maka aku tidak diperbolehkan masuk ke jurusan impianku. Karena stigma orangtua yang selalu berkata "Jadi Sarjana Ekonomi itu enak, kamu bisa kerja kantoran nanti dengan gaji yang tinggi. Kamu bisa kerja di bagian akunting atau human resource, pokoknya keren deh."

Karena aku termasuk anak yang manut-manut saja dengan perkataan orangtua, maka aku ikuti kemauan mereka untuk kuliah di Fakultas Ekonomi dengan jurusan manajemen. Walaupun aku kuliah di bukan jurusan impianku, tapi aku tetap untuk memberikan nilai serta indeks prestasi terbaik kepada kedua orangtuaku.

Namun, hasrat menulisku masih terus ada bahkan sampai aku kuliah. Jiwaku untuk mencintai dunia kepenulisan tidak pudar, bahkan semakin menggebu-gebu. Saat itu, memang tengah booming sekali media blog untuk menulis. Di tahun 2013, setelah aku lulus kuliah, barulah aku membuat blog. Dan blog yang kalian baca inilah, yang menjadi blog pertama saya.

Setelah lulus kuliah, apakah aku pure menjadi seorang penulis? Belum sepenuhnya. Karena saat itu, aku masih bekerja di kantor yang jobdesc-nya masih berkaitan dengan jurusanku saat kuliah. Dan aku baru bisa benar-benar total dalam menjalani peran saya sebagai penulis itu di sekitar tahun 2017, tepat di mana buku pertama aku terlahir ke dunia.

Aku pun memilih resign dari kantor yang turut membesarkan namaku selama aku mengabdi 1 tahun 9 bulan di sana walaupun pekerjaan itu memang cocok dengan passion-ku, namun aku memilih untuk lebih fokus mengabdikan diri sebagai seorang penulis. Full Time Writer dengan menjadi seorang istri yang shalihah di tahun 2018 adalah sebuah cita-citaku :)

Mengapa Memilih untuk Jadi Penulis?

Untuk pertanyaan ini, simpel saja jawaban dariku, aku ingin menjadi seseorang yang turut andil untuk mencerdaskan anak-anak bangsa lewat tulisan. Karena sebuah tulisan itu mampu mengubah peradaban. Membuat seseorang yang tadinya tidak tahu, menjadi tahu. Dengan tulisan pun, itu bisa menjadi amalan jariyah bagiku, ketika aku sudah tidak hidup lagi di dunia ini, masih ada sesuatu yang dapat aku tinggalkan, yakni dari tulisan-tulisanku. Kalian pasti tahu ungkapan ini "Gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan nama?" aku ingin jika aku meninggal nanti, pahala untukku tidak terputus. maka dari itu, aku membuat sebanyak-banyaknya karya lewat tulisan yang bermanfaat untuk dibaca. 

Regards,

Rachmah Dewi

Kamis, 26 April 2018

Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal | #14ArticlesOn14Days

Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal


Jakarta, 26 April 2018. Ketika aku mengetik artikel ini, aku ditemani oleh udara Jakarta yang menurutku sejuk. Tidak panas dan juga tidak dingin. PAS banget dipakai untuk menulis.

Menjelang pertambahan usia, sejenak saya merenungi lebih dalam tentang keadaan yang terjadi setahun belakangan ini di hidupku. Begitu banyak kejadian-kejadian yang Allah SWT hadirkan untukku. Kamu tahu salah satunya apa? 2017 itu tahun yang sebagian besar teman-temanku menikah! :) 

Yang aku mau bahas lebih lanjut dalam artikelku bukan tentang siapa-siapa saja teman-temanku yang menikah di tahun 2017 namun kali ini yang aku mau bahas adalah tentang "Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal." dan judul ini merujuk kepada sebuah kata, yakni Teman!

Untuk kalian, yang saat ini tengah membaca tulisan ini, aku mau tanya dulu, sadar atau nggak, semakin bertambah usia, teman-teman kalian itu justru bukan semakin banyak malah semakin sedikit? sadar? ya, kalau kalian tidak sadar, aku pribadi sudah menyadarinya dan ya memang benar begitu realitanya.

Menurut beberapa artikel yang aku baca, jawaban dari kenapa semakin bertambah usia, atau semakin dewasa usia seseorang, maka justru teman-teman yang dia punyai semakin sedikit adalah karena "Teman-teman yang masih tetap tinggal bersama kita adalah teman-teman yang menerima kita apa adanya, selalu support kita bagaimana pun kondisi kita, dan teman-teman yang tulus ada di sisi kita."

Apakah kata-kata demikian juga berpengaruh di kehidupanku? ya tentu saja. Semakin usiaku bertambah, semakin aku dewasa, aku merasa hanya hitungan jari saja teman-teman yang berteman dengan tulus kepadaku. Teman-teman yang dulu sering bersama saya, sekarang ini menghilang, tidak tahu keberadaannya.

Filterisasi alamiah untuk teman-teman ini memang terjadi sendirinya. Karena itu membuktikan  bahwa hanya teman-teman baik saja yang tetap tinggal. Apalagi jika kamu sudah menorehkan banyak prestasi atau kamu sudah jadi orang terkenal, bakal ketahuan juga teman-teman yang numpang tenar atau teman-teman yang memang tulus berteman sama kamu.

Kadang aku pun tidak mengerti tentang fenomena demikian, tapi ya aku mengalami sendiri. Mungkin saat kalian duduk di bangku SMA, fenomena "kehilangan teman" belum terasa. Karena di waktu SMA itulah waktu-waktu di mana mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya.

Namun, lihatlah ketika kalian lulus kuliah atau sudah memilki karier yang bagus, lihat, apakah teman-teman kalian masih tetap sama banyaknya? aku rasa jawabannya TIDAK! Dan menurut penelitian sederhana zaman sekarang ini muncul berbagai sosial media, satu contohnya adalah Instagram yang di mana memungkinkan kita untuk bisa selalu melihat aktivitas teman-teman kita, sehingga bisa saja timbul perasaan iri hati melihat aktivitas teman-teman kita yang kita lihat di sosial media, sehingga memunculkan juga perasaan minder yang berakibat "udah ah gue gak mau temenan sama dia lagi karena kehidupan dia serba WAH, sementara apalah gue cuma remah-remah." sehingga, teman-teman yang dulunya dekat dengan kita akan menjadi jauh dengan kita.

Tulisan ini sekadar refleksi dari diri saya sendiri. Bukan bermaksud menyindir ataupun menyinyir. Aku mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian, teman-temanku yang masih setia dan tulus untuk tetap tinggal, untuk tetap ada menjadi salah satu support system-ku. Semoga kita bisa terus bersama-sama dalam kebaikan! Terimakasih teman-teman, kalian #OrangBaik :)

Regards,

Rachmah Dewi

Rabu, 25 April 2018

Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan | #14ArticlesOn14Days

Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan 

25 April 2018, keadaan langit Jakarta hari ini cukup terlihat sedikit mendung. Senyuman sinar matahari yang biasanya menyapaku, kini belum terlihat. Apakah mungkin langit Jakarta akan didatangi oleh hujan? entah, aku pun tidak tahu.

Menyongsong usia baruku nanti, yang akan datang kurang lebih 12 hari lagi, tentunya aku punya banyak sekali hal-hal yang aku ingin wujudkan di tahun ini, di usia baruku nanti. Apa saja? kamu mau tahu? mari, sini aku beritahu ya:

1. Menerbitkan 1 Buku Solo dan (Minimal) 3 Buku Antologi

Buku solo pertamaku terbit di tahun kemarin. Ada secercah harapan, aku juga ingin menerbitkan kembali buku solo yang kedua di tahun ini. Bukan, bukan karena aku perempuan ambisius, tapi ini adalah soal konsistensi. Ya, konsistensi. Penulis yang baik tidak hanya akan puas di satu karya. Begitu karyanya sudah terbit, maka dia tidak mau menulis lagi. Bukan itu. Tapi penulis yang baik, adalah penulis yang terus konsistensi berkarya, menghasilkan karya-karya yang bermanfaat di tahun-tahun berikutnya. InsyaAllah, jika Allah SWT masih berkenan memberikan umur panjang untuk aku hidup di dunia pada tahun ini maka, aku berkeinginan untuk melahirkan karya keduaku. Buku solo kedua. 

Kalau kamu sudah baca buku pertama aku, "Semoga Pilihanku Juga Pilihan-Mu" maka pasti kamu akan bertanya "Buku kedua, temanya tentang jodoh lagi?" Oke, aku akan kasih spoiler sedikit ya, buku solo kedua aku ini bukan bertemakan tentang jodoh lagi, tapi aku akan menuliskan tema tentang passion. Masih dengan genre yang sama dengan buku sebelumnya, yakni genre non-fiksi. aku akan lebih banyak ber-story telling di sini. 

Doakan saja, buku ini segera lahir ya! :) Dan untuk buku antologi? ya, aku juga senang jika ada kesempatan menulis naskah untuk buku antologi. Kamu tahu gak, cara paling sederhana bagi seorang penulis untuk menjaga konsistensi menulisnya adalah dengan ikut project antologi. Kenapa aku bilang demikian? karena itulah caraku paling sederhana untuk terus ON dalam membuat tulisan. Ikut project antologi. Infonya banyak kok di instagram. Ikut aja yang temanya kamu suka, eksekusi deh bikin naskahnya! Percayalah, membuat naskah antologi itu tidak seberat membuat naskah buku solo lho! Trust Me!

2. Menikah

Oke, nomor dua langsung pada poin "Menikah." Setiap insan, pasti menginginkan untuk menikah, hidup bersama pasangan yang dicintai. Membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan juga warrahmah. Usia aku tahun ini, sudah masuk kategori usia siap nikah. Aku pun InsyaAllah sudah sampai ke tahap siap secara lahir maupun batin. Bukan semata-mata karena aku ingin ikut-ikutan teman-teman aku di sekitar aku yang sudah banyak menikah. InsyaAllah niat aku ini lurus, benar-benar ingin ibadah dengan menyempurnakan separuh agama. Semoga Allah meridhoi niat baik aku ini. Karena aku sebagai manusia biasa hanya ingin selalu mendapat Ridho-Nya. Jadi teman-teman yang baca tulisan aku ini, ku mohon doanya ya :) Oh ya, kalau kamu mau tahu, target nikahku itu tahun 2018, artinya masih ada harapan dan masih banyak harapan untuk mewujudkan keinginanku menikah di tahun 2018 sebelum tahun 2018 ini pergi :)

3. Umrah ke Baitullah

Nomor 3 ini jelas masuk ke dalam list "Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan" MasyaAllah ke Baitullah Mekkah juga ke Madinah adalah salah negara tujuan yang aku idam-idamkan. Mungkin bukan hanya aku, tapi seluruh umat islam di dunia juga pasti ingin berkunjung ke sini. Mudah-mudahan tahun ini, terwujud keinginanku untuk Umrah, berkunjung ke Mekkah Al-mukarramah dan Madinah Al-munawwarah. InsyaAllah, Mekkah dan Madinah, Baitullah yang sangat agung di mata umat muslim seluruh dunia, aku akan datang berkunjung ke sana di usiaku tahun ini! Aamiin.

4. Berkolaborasi dengan Para Penulis Buku Ternama

Poin ke-4, aku ingin sekali mewujudkan untuk berkolaborasi dengan para penulis-penulis hebat. Kolaborasi kebaikan ya tentunya. Penulis yang ingin aku ajak kolaborasi adalah penulis-penulis idolaku. Salah satunya Mas Muhammad Assad. Aku suka banget baca buku-buku karya beliau. Dan yang lebih istimewa lagi, aku dan beliau adalah sesama alumni di sekolah yang sama, yakni Al-Azhar Jakapermai. My Wish List, aku ingin kembali lagi ke Al-Azhar berkolaborasi dengan Mas Assad untuk menyebarkan virus semangat menulis pada adik-adik kelas kami. 

Kok cuma 4 sih Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan? Oh tentu tidak, sebenarnya banyak lagi. Tapi keempat inilah yang benar-benar ingin banget untuk segera diwujudkan. Mohon bantu doa yang banyak ya agar keempat list ini bisa segera terwujud di usiaku di tahun ini.


Regards,

Rachmah Dewi

Selasa, 24 April 2018

Belum Sepenuhnya Menjadi Kebanggaan | #14ArticlesOn14Days

Belum Sepenuhnya Menjadi Kebanggaan



Bulan April sudah di ambang batas kepergiannya. Sebentar lagi, bulan kelima dalam kalender masehi akan segera datang. kalau kamu sudah baca artikel saya sebelumnya "Menjelang Pertambahan Usia" maka kamu juga akan tahu, bahwa bulan depan menjadi bulan yang selalu bersejarah untuk kehidupan saya.

Pertambahan usia saya di tahun ini, bukan lagi menginjak usia belasan tahun, tapi lebih dari itu, usia saya sudah menginjak lebih dari seperempat abad. Kalau kamu kelahiran tahun 1991, kamu pasti tahu berapa usia saya di tahun ini.

Ada rasa yang berkecamuk dalam diri saya. Saya merasa, begitu banyak asa dan impian yang belum menjadi nyata. Rasanya ingin marah sekaligus malu pada diri saya sendiri. Belum banyak prestasi yang saya persembahkan kepada kedua orangtua saya. Kedua orangtua saya, yang semakin lama juga semakin bertambah usia, tentu ingin melihat anak perempuannya ini menjadi anak yang membanggakan.

Jika saya boleh menghitung pencapaian serta prestasi saya selama setahun belakangan ini, boleh saya sedikit berbangga diri, ketika saya mendapat sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta, yakni di bulan Juli 2017, saya berhasil menerbitkan buku pertama saya yang saya tulis hanya dalam waktu 30 hari. Setelahnya, di bulan September 2017, Allah SWT memberikan saya sebuah anugerah indah kembali, yakni mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat Nasional dalam Ajang Penganugerahan Jurnalistik M.H. Thamrin ke-43 di kantor Gubernur DKI Jakarta. Dua buah pencapaian terbaik saya di usia saya tahun lalu. Alhamdulillah.

Namun, saya merasa belum sepenuhnya menjadi kebanggaan untuk kedua orangtua saya, untuk keluarga saya. Ya, saya ingin selalu menjadi anak perempuan yang menjadi pelita di hati Papa dan Mama saya selagi mereka masih ada.

Ketika saya menemukan teman-teman lama saya di media sosial entah itu Facebook atau pun Instagram, banyak sekali yang sudah menorehkan prestasi-prestasi gemilang nan membanggakan. Jujur, saya iri. Iri dalam kebaikan itu dibolehkan, ya dibolehkan. Asal niatnya adalah agar diri kita juga bisa terpecut berprestasi.

Saya lulusan sekolah Al-Azhar. Selama 11 tahun mulai dari Taman Kanak-kanak, sampai Sekolah Menengah Atas saya menimba ilmu di sekolah islam yang menjadi salah satu sekolah terbaik di Indonesia itu.

Lulusan-lulusannya pun kini saya lihat sudah banyak sekali yang sukses. Sebut saja, Muhammad Assad, seorang yang kini menjadi penulis buku-buku best seller serta menjadi CEO sebuah perusahaan. Lalu selanjutnya, Haykal Kamil. Adik dari artis Zaskia Adya Mecca yang kini juga sudah sukses. Pevita Pearce dan Keenan Pearce, dua kakak beradik yang dulu satu sekolah dengan saya di SMP Al-Azhar 9 Kemang Pratama ini pun juga telah sukses di dunia entertainment dan dunia wirausaha, serta masih banyak lagi alumni-alumni Al-Azhar yang sekarang terbilang sukses dengan banyak prestasi yang membanggakan.

Dari melihat banyaknya alumni-alumni Al-Azhar yang kini boleh terbilang sukses dengan presatasi yang membanggakan, semangat saya jadi selalu tumbuh untuk menghasilkan karya yang terbaik di setiap tahunnya. Karena saya tidak mau, usia saya di dunia ini akan lewat begitu saja dengan sia-sia.


Regards,

Rachmah Dewi

Senin, 23 April 2018

Menjelang Pertambahan Usia | #14ArticlesOn14Days

Menjelang Pertambahan Usia


Hari ini adalah hari senin dengan tanggal yang tertera di kalender penanggalan masehi yaitu 23 April 2018. 14 hari lagi, adalah hari yang selalu bersejarah untuk kehidupan saya di dunia ini. kamu tahu kenapa? 14 hari lagi, saya mengulang hari kelahiran saya. 07 Mei adalah tanggal di mana saya dilahirkan ke dunia ini, di sebuah rumah sakit bernama Rumah Sakit Alvernia Agusta di bilangan Jakarta Timur dengan berat badan saya pada saat itu 3.5 kilogram, terlahir dengan normal dan Alhamdulillah selamat.

Menjelang Pertambahan Usia,
Setiap saya melewati pertengahan bulan april, saya selalu mencoba untuk merenung sendiri, "Sebentar lagi usia saya akan berganti, sebentar lagi usia saya akan bertambah. Udah ngapain aja saya di dunia ini." Ya, saya selalu seperti itu ketika sadar sebentar lagi bulan April akan pergi dan berganti dengan bulan mei.


Menjelang Pertambahan Usia,
Saya sejenak me-rewind peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi setahun belakangan ini di hidup saya. Tak sadar, air mata saya tumpah ketika peristiwa-peristiwa setahun belakangan saya visualisasikan kembali. Ada sedih, kecewa, bahagia, penuh harapan, semangat, canda tawa semua hadir di hidup saya setahun kemarin.


Menjelang Pertambahan Usia,
Sejenak saya coba merenungkan arti dari surah Ar-rahman ayat ke-13 "Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" lagi-lagi, tak kuasa saya membendung air mata ini. lagi-lagi, air mata ini sukses untuk tumpah. Saya mungkin kebanyakkan untuk mengeluh selama ini, dan tak sadar bahwa nikmat Allah Subhanahu Wata'ala yang diberikan pada saya sangat deras. 

Menjelang Pertambahan Usia,
Saya merasa, masih banyak impian-impian saya yang belum terwujud di tahun ini. Saya merasa masih menjadi anak perempuan yang gagal untuk selalu membahagiakan kedua orangtua saya. Saya merasa masih gagal untuk konsisten mewujudkan mimpi-mimpi saya. 


Menjelang Pertambahan Usia,
Begitu banyak kejutan-kejutan dari Allah Subhanahu Wata'ala yang diberikan kepada saya. Entah itu kebahagiaan atau kesedihan, saya memaknainya dengan "kejutan" tentu berbeda cara menyikapinya. Jika saya tengah diberikan "kejutan" berupa kesedihan dan kegalauan, maka saya menyikapinya dengan "Mungkin Allah ingin mendengar doa-doa saya, rintihan saya, munajat saya kepada-Nya." namun, jika saya tengah diberikan "kejutan" berupa kebahagiaan, maka saya menyikapinya "Mungkin ini hadiah dari Allah kepada saya atas doa dan usaha saya selama ini."

Menjelang Pertambahan Usia,
Saya pun jadi semakin paham, bahwa usia seseorang yang semakin dewasa, dengan sendirinya akan memfilter teman-teman di dalam kehidupannya. Teman yang dulunya dekat, sekarang jadi menjauh. Ada? banyak sekali. Teman yang dulunya dekat, namun sekarang tetap dekat dan malah semakin dekat. Ada? 

Ya, tentu ada. Namun ketahuilah, teman-teman yang tetap bertahan bersama kita, yang hanya hitungan jari saja, itu merupakan teman-teman sejati. Rezeki dari Sang Maha Pencipta. Saya semakin yakin dan semakin jelas untuk bisa membedakan, mana teman-teman yang tulus berteman dengan saya, menjadi pendengar yang baik untuk saya, menjadi garda depan ketika saya sedih, dan mana teman-teman yang dekat dengan saya namun hanya ada maunya saja. Yes, That's a Real Life!





Regards,


Rachmah Dewi