Jumat, 06 November 2015

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi? Semangat Terus!

Hai, selamat malam Sobat Budaya!
Masih dalam rangka mengikuti Blog Competition dengan tema "Sumpah Pemuda dan Budaya Indonesia" maka saya mengirimkan lagi satu artikel. Mudah-mudahan bisa menambah semangat para teman-teman sekalian yaa..
Di artikel saya sebelumnya, saya membahas makna Sumpah Pemuda dalam kaidah berbahasa Indonesia.
Ya, saya sebagai generasi muda Indonesia cukup prihatin dengan kaidah berbahasa anak muda Indonesia sekarang ini. Nah yang membuat saya prihatin lagi, banyak juga pemuda-pemudi Indonesia yang mencintai negara lain dibandingkan negara Indonesia sendiri.

Contoh nya adalah anak-anak muda Indonesia zaman sekarang lebih hafal nama-nama vokalis band dari luar negeri, dibandingkan hafal nama-nama pahlawan dari Indonesia. Dan anak-anak muda Indonesia lebih senang menempel bendera negara lain di kamarnya dibanding menempelkan bendera negara Indonesia. Dan tak hanya itu, anak-anak muda Indoenesia pun seakan malu untuk memakai batik jika bepergian keluar rumah. Waktu itu saya pernah bertemu dengan sekumpulan pekerja kantoran. Dan ada salah satu pekerja kantoran yang berkata kepada teman nya "Eh, ngapain sih lo pakai batik mulu? mau ke acara nikahan ya? gak usah formil banget lah." jadi mainset orang Indonesia itu adalah jika pakai batik keluar rumah maka dia mau datang ke acara nikahan. padahal yang sudah diketahui bersama bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia, yang harusnya kita bangga memakai batik. 

Yang lebih miris lagi, aksi tawuran ini dilakukan oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, yang notabene tulang punggung negeri ini. Tidak hanya terjadi di Jakarta, aksi tawuran ini juga terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia. Masyarakat di mana pun sudah pasti gerah melihat aksi tawuran pelajar, mahasiswa, atau siapapun juga. Mahasiswa seharusnya memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga tidak perlu menyelesaikan masalah dengan tawuran. Perilaku tawuran mereka itu sama saja berarti mereka mempelajarinya di bangku kuliah selain pengetahuan-pengetahuan yang lain. Entah apa yang menjadi pemicunya sehingga mereka bisa berbuat seperti itu? Jawabannya memang klise, hal ini akibat dari perkembangan jaman, dan perkembangan jaman itu juga berdampak pada perkembangan pola pikir.

Jadi jika memang mengakui berbangsa yang satu, bertanah air satu, dan berbahasa yang satu kita semua harus menjunjung tinggi ketiga isi dari sumpah pemuda tersebut. Kemajuan suatu negara akan dilihat dari para pemuda-pemudinya. Jadilah pemuda-pemudi yang tak hanya berwawasan luas, memiliki intelektualitas yang tinggi, tapi juga memiliki akhlak yang baik. karena banyak sekai kita melihat di berbagai media. baik media cetak maupun media massa. bahwa para pemuda yang tergelincir masuk kedalam "lembah hitam" narkoba. padahal prestasinya banyak.

Dan yang paling penting, jadilah para pemuda-pemudi yang tangguh. karena kebanyakan pemuda-pemudi Indonesia saat ini terkena "virus" galau di sosial media. baru putus cinta, update status galau. baru ditolak cinta, update status galau di facebook, bbm, dsb. Coba bayangkan, kalau pemuda Indoenesia sebelum kemerdekaan banyak yang galau seperti pemuda-pemudi sekarang? ya, sudah pasti kemerdekaan itu tidak pernah ada untuk Indonesia. Tapi karena pemuda-pemudi Indonesia dahulu pantang menyerah, memilki semangat yang tinggi, dan berdedikasi tinggi terhadap Indoenesia, maka sampailah kita menjadi negara yang merdeka seperti sekarang ini.


Semoga dua artikel yang saya tulis dalam rangka mengikuti Writing Competiton dari Sobat Budaya dan saya sangat senang karena telah diluncurkan sebuah aplikasi baru yakni "“Peta Lagu Tradisi Nusantara” yang dapat diunduh secara gratis baik di Play Store maupun di App Store dengan nama IndoMuse App. IndoMuse App, akan diluncurkan tepat pada Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2015. Sukses terus Sobat Budaya untuk Gerakan Sejuta Data Budaya nya! :)

Salam Semangat,


Rachmah Dewi


Selasa, 03 November 2015

Semangat Untuk Kemajuan Bangsa Para Generasi Muda Indonesia.



Hai selamat siang, Sobat Budaya dimanapun kalian berada. Senang sekali pada kesempatan kali ini, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti Blog Competition dari Sobat Budaya yang bertemakan : “Sumpah Pemuda dan Budaya Indonesia”


Teman-teman sekalian, semuanya udah pada tahu 'kan Sumpah Pemuda itu jatuh pada tanggal berapa? Iya, betul sekali. Sumpah Pemuda jatuh pada setiap tanggal 28 oktober. Mungkin kita semua tahu tanggal berapa peringatan hari Sumpah Pemuda tapi kita semua sudah paham belum makna Sumpah Pemuda itu sendiri?


Nah mari kita kilas balik dulu, Peristiwa Sumpah Pemuda. Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :

PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia)

 
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
Nah itu tadi sekilas tentang Sumpah Pemuda ya teman-teman. Nah sekarang saya bertanya sama teman-teman pembaca sekalian juga tentunya bertanya kepada diri saya sendiri. “Sebagai Pemuda-Pemudi Indonesia sudahkah kita memberi kontribusi terbaik bagi kemajuan bangsa Indonesia?” saya pribadi akan mengatakan belum. Bagaimana dengan kalian?

Saya merasa masih banyak hal-hal yang harus “dibenahi” jika ingin membuat Indoenesia maju dengan para pemuda-pemudinya. Makna sumpah pemuda seharusnya benar-benar diresapi dan diamalkan pula oleh generasi muda jaman sekarang.  Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja, namun membutuhkan sejarah perjalanan panjang hingga akhirnya seluruh pemuda di Indonesia bertekad untuk mempersatukan dirinya dalam melawan penjajahan pada waktu itu. Mereka menyadari bahwa bercerai berai dan mudahnya diadu domba membuat mereka selalu terjajah oleh negara asing. Semangat persatuan dan nasionalisme para pemuda jaman dulu harus juga diikuti pemuda masa kini.

Kalau kita sebagai pemuda mengaku berbahasa yang satu, bahasa Indonesia tapi mengapa di zaman sekarang yang orang-orang bilang “Zaman Kekinian” banyak para pemuda-pemudi Indonesia yang seakan “malu”  untuk berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Seperti misalnya saja saya pernah mendengar, waktu itu saya lagi dijalan dan bertemu dengan anak-anak sekolah jumlahnya 5 orang. Kemudian salah satu dari anak sekolah tersebut bilang kepada temannya yang lain “Mari kita pulang sekarang, hari sudah petang. Nanti orangtua kita cemas kalau kita belum pulang.” Kemudian salah satu temannya ada yang berbicara “Yailah, bahasa lo baku banget sih? Petang? Cemas? Kaku banget! Jadul ih.” Nah ini yang membuat hati saya miris. Kenapa bahasa Indonesia yang memang benar menurut kaidah pengucapan tersebut dibilang “Kaku, Jadul (Jaman Dulu)” 

Contoh kecilnya bisa dilihat lagi percakapan anak-anak muda zaman sekarang di sosial media.  Sekarang anak-anak muda Indonesia, mengganti kata-kata yang ada dalam bahasa Indonesia dengan bahasa “gaul” kenapa dinamakan bahasa “gaul” ? ya, karena katanya kalau mengikuti kaidah bahasa “gaul” tersebut kita termasuk anak muda masa kini yang tidak ketinggalan zaman.

Contohnya pada kata, “ Serius”  diganti menjadi “Ciyus”. Kata “Benar” diganti menjadi kata “Enel” atau bisa kita lihat dalam satu kalimat dengan : “Ciyus? Miapah? Enelan?” yang maksud arti kata tersebut “Serius, Demi Apa? Beneran?” nah dari situ saja kita sudah bisa menilai kualitas berbahasa anak-anak muda Indonesia. 

Saya pun prihatin akan hal demikian karena sebagaimana yang kita ketahui nasib suatu bangsa turut dipengaruhi oleh anak-anak mudanya. Menyedihkan ketika para  Pemuda sebagai gerakan perjuangan dan pembaharuan penerus dimasa yang akan datang saat ini banyak terlibat pada kasus Tawuran, seks bebas, narkoba, alkohol, hingga perjudian. Sering kita lihat tayangan di TV para pelajar saling baku hantam antar sekolah, merasa paling jago dan sok berkuasa, kasus bullying dan premanisme di sekolah dan kampus, seringkali juga kita liat video mesum para pelajar.

Saya sebagai generasi muda penerus bangsa ingin sekali berkontribusi memajukan negeri ini. Kita pun jangan mau kalah dengan anak-anak muda dari Negara lain yang sejak umur belasan tahun mereka sudah bisa menciptakan alat teknologi yang menjadi asset kebanggaan negerinya. Saatnya bangsa ini bangkit dan menjadi bangsa yang besar, seperti cita-cita pendahulu bangsa. Saatnya kita bahu membahu membentuk generasi Emas, generasi yang kita buat dari mereka para pemuda-pemuda yang memiliki semangat, prestasi dan etos kerja tinggi.


Saya punya motto semoga para pemuda-pemudi Indonesia bisa terus semangat :

“Masih muda perbanyak karya, bukan malah bergalau ria di sosial media. Masih muda perbanyak prestasi, bukan menggalaukan diri dengan hal-hal yang tidak pasti.”

Saatnya kita semua menjadi generasi muda yang berprestasi untuk kemajuan negeri ini, negeri Indonesia tercinta! Semangat Gerakan Sejuta Data Budaya, para Sobat Budaya! :)


Salam sukses



Rachmah Dewi