Tertib Berkendara Bukti Cinta
Kepada Keluarga
Rini adalah seorang mahasiswi di
salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia. Sehari-harinya dia
terkenal sebagai anak yang rajin dan patuh terhadap orangtuanya. Rini tinggal
hanya bersama Ibu dan satu orang adiknya yang bernama Rani. Bapak nya Rini
telah meninggal dunia. Ibu nya Rini adalah seorang pembantu rumah tangga.
Pekerjaan sehari-harinya mencuci dan menyetrika baju di rumah tetangganya yang
terkenal paling kaya di sekitar rumahnya. Karena Bapak Rini telah tiada, Rini
kuliah sambil bekerja. Rini juga membiayai uang sekolah bagi adiknya yang
bernama Rani. Biarpun Rini terhimpit oleh sulitnya keadaan ekonomi di
keluarganya, tapi dia berusaha tetap ceria dan tegar, seolah hidup selalu
membahagiakan dirinya. Selain menjadi pembantu rumah tangga, Ibunya juga
berjualan kue. Kue cucur dan kue klepon adalah kue-kue yang menjadi favorit
bagi pelanggan nya. Terkadang, jika
ibunya sudah kelelahan membuat kue untuk dijual, Rini dan Rani yang membuatnya.
Mereka dengan tekun membuat kue. Karena mereka berdua adalah anak yang
berbakti, maka ketika melihat ibu mereka sudah lelah bekerja, mereka berdua
yang mengambil alih pekerjaan ibunya. Terkadang, Rini menjual kue buatan ibunya
itu dikampusnya. Dan banyak sekali mahasiswa-mahasiswi yang menjadi peminat kue
buatan Ibunya Rini. Setiap harinya, Rini selalu pergi ke kampusnya dengan naik
angkot. Dan jika kondisi keuangan Rini lagi menipis alias dia tidak punya uang,
Rini berjalan kaki ke kampusnya. Boleh dibilang, jarak tempuh antara rumah Rini
ke kampusnya lumayan jauh. Tetapi demi meraih gelar sarjana, demi meraih sebuah
kesuksesan, Rini tetap giat ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Kadang Rini
malu kepada dirinya sendiri, yang tidak mempunyai handphone bagus seperti teman-teman sebayanya. Pernah waktu itu,
teman sebayanya bilang “Rin, kamu gak mau beli handphone yang bagus? Sekarang ‘tuh ya kalo mau jualan apapun
mending pakai handphone, kamu jual secara online.
Lha, ini kamu jualan kue keliling kampus gitu. Kuno banget sih kamu!” mendengar
perkataan temannya, Rini tidak menanggapinya. Ia hanya tersenyum saja. Pernah
terbersit dalam pikirannya kalau ada benarnya juga perkataan teman-teman nya
selama ini padanya, bahwa ia harus membeli handphone
yang bagus untuk kepentingan jualannya juga. Karena sekarang zaman digital,
yang dimana orang-orang membeli makanan atau barang secara online. Atau dengan menggunakan aplikasi ojek online, yang
memungkinkan pembeli memesan makanan secara diantar oleh driver ojek online. Tapi, sejenak Rini mengurungkan
niatnya untuk membeli handphone baru.
Karena, baginya uang hasil berjualan kue bukan untuk dirinya seorang. Masih ada
Ibu dan adiknya dirumah. Dan biaya adiknya sekolah juga menjadi tanggung jawab
Rini. Rini berpikir lebih baik uangnya ditabung saja daripada membeli handphone baru, karena menurutnya handphone nya saat ini masih bisa
dipergunakan. Sebenarnya ada keahlian Rini yang orang-orang disekitarnya tidak
menyadarinya. Keahliannya tersebut adalah menggambar. Teman dekat Rini pernah
bilang : “Rin gambar kamu bagus, coba diasah saja dengan mengikuti perlombaan.
Karena jujur, memang aku lihat gambarmu bagus. Tekuni saja keahlian
menggambarmu itu.” Rini pun menjawab : “Yah, aku mah apa atuh hanya bisa
menggambar sederhana saja. Ini juga cuma iseng-iseng saja. Tadinya aku berniat
ingin kuliah menambil jurusan desain grafis, tapi aku sadar, kuliah desain
grafis memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bahkan pada saat skripsi pun banyak
sekali biaya yang dikeluarkan nanti. Karena kuliah desain grafis memerlukan
peralatan menggambar yang mahal. Perlu laptop atau printer yang bagus.
Sedangkan aku, mengerjakan tugas saja harus ke warnet atau terkadang pinjam
laptop tetangga. Jadi aku nurut saja apa kata ibuku. Ibuku bilang, aku disuruh
kuliah yang bisa langsung kerja, yang jurusan nya tidak memerlukan biaya
banyak.” Walaupun keadaan ekonomi yang menghimpit, keadaan uang yang pas-pasan,
Rini tidak mengeluh menjalaninya. Baginya, orang sukses tidak dihasilkan melalui
kenyamanan, kemudahan, atau kesenangan. Tetapi orang sukses itu biasanya
dihasilkan melalui tantangan, kesulitan, dan air mata. Tak lupa sebagai seorang
yang beragama islam, disetiap penghujung malam, Rini selalu bangun untuk
menunaikan sholat Tahajjud. Dalam setiap sholat tahajjudnya, air matanya turun
deras sampai menetes ke sajadahnya. Rini mendoakan agar selalu diberikan jalan
kemudahan bagi dirinya, ibunya, maupun adiknya.
Hari ini, Rini berangkat ke
kampus, lebih pagi dari biasanya. Karena ada ujian tengah smester yang akan
diikuti. Rini berpamitan kepada Ibunya dan berkata “Bu, tolong doain Rini ya
Bu. Semoga nanti bisa mengikuti ujian tengah smester dengan baik dan juga
jualan kuenya hari ini laris ya, Bu.” Kemudian Ibunya Rini berkata “Iya, Nak.
Ibu selalu doain kamu, semoga nilai kamu selalu bagus di kampus ya dan kue
jualan nya hari ini laris manis. Semangat ya, Nak. Jangan lupa berdoa.”
Rini pergi ke kampus hari ini
tidak menggunakan angkot, Rini memilih berjalan kaki saja. Karena menurutnya
hari ini masih terlalu pagi, dia masih mau menghirup udara pagi. Ditengah
perjalanan ke kampus, Rini ditabrak oleh pengendara sepeda motor. Sepeda motor
melaju dengan lumayan kencang. Dan untungnya nyawa Rini masih bisa tertolong.
Rini hanya luka dibagian lutut saja. Kemudian pengendara sepeda motor itu
segera meminta maaf kepada Rini “Mbak maafkan saya ya, Mbak. Mbak ada yang luka
gak? Mau saya antar ke dokter? Maafkan saya mbak, karena saya harus buru-buru
ke kantor.” Ternyata yang menabrak Rini adalah seorang lelaki setengah baya.
Terlihat rambutnya yang sudah ada sedikit uban. Sosoknya penuh dengan sifat
kebapakan. Rini jadi teringat akan almarhum ayahnya. “Tidak apa-apa, Pak. Saya
hanya luka sedikit dibagian lutut. Masih bisa jalan kok, Pak. Dipakai berjalan
juga masih sanggup. Nanti saya beli plester aja di apotek dekat kampus, Pak.” Kata Rini kepada Bapak itu.
Kemudian bapak itu berkata lagi kepada Rini “Oh adik masih kuliah, namanya
siapa dik? Saya Santoso. Saya antar ke kampus adik saja bagaimana? Sebagai
tanda permintaan maaf saya kepada adik.” Rini pun berkata “Tidak usah, Pak. Nanti merepotkan bapak yang hendak
ke kantor.” “saya tidak repot kok, dik. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf
saya.” Kata bapak Santoso. “Baik pak kalau begitu, kebetulan jarak kampus saya
tidak jauh. Sebentar lagi juga sampai, Pak.” Akhirnya Rini diantar ke kampus
oleh Bapak Santoso tersebut. Ditengah perjalanan Rini menyampaikan sesuatu
kepada Bapak Santoso. “Pak, lain kali bapak hati-hati ya, Pak mengendarai sepeda
motornya. Saya jadi ingat akan almarhum Bapak saya yang meninggal dalam
kecelakaan gara-gara mengendarai sepeda motor, saya menyesal Pak waktu itu
tidak menyuruh Bapak saya pakai helm waktu kecelakaan maut itu terjadi. Karena
Bapak saya juga orangnya memang agak tidak mau pakai helm. Karena jarak dari
rumah ke kantor bapak saya yang lumayan dekat, beliau jarang mau kalau disuruh
pakai helm. Sampai akhirnya, ketika Bapak saya tengah dalam kondisi tidak pakai
helm dan dengan jalan ngebut ke kantor, tiba-tiba Bapak saya menabrak sebuah
mobil box, hingga nyawa Bapak saya tidak tertolong lagi” Kemudian bapak Santoso
berkata pada Rini “Oh, Bapaknya adik sudah meninggal ya? Innalillahi. Saya
turut berduka cita ya, dik.” “sudah lama kok pak, Bapak saya pergi meninggalkan
saya dan keluarga saya. Sudah 10 tahun yang lalu, Pak.” Kata Rini. “Maaf dik,
saya tidak bermaksud membuat adik sedih. Maafkan Bapak ya. Lain kali Bapak akan
lebih berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor. Tadi Bapak memang buru-buru
karena harus tiba di kantor pagi. Makanya Bapak mengendari motor dengan
kecepatan tinggi. Terimakasih ya dik, sudah mengingatkan Bapak. Oh iya dik,
kamu jurusan apa kuliahnya? Di kantor Bapak kebetulan lagi ada job untuk magang
tapi bagi mahasiwa/mahasiswi yang pintar desain grafis. Kamu jurusan apa dik?”
kemudian Rini menjawab “saya jurusan manajemen, Pak. Tapi saya sedikit-sedikit
punya keahlian menggambar. Menggambar adalah hobby saya sejak kecil, Pak.”
“Wah, baiklah saya boleh liat gambarnya adik? Nanti kirim email ke saya aja
contoh gambarnya. Soalnya kantor saya memang lagi perlu tenaga untuk magang
dik. Barangkali adik adalah salah satu kandidat yang cocok dengan kami. adik
sekarang smester berapa ya?” Rini menjawab “saya smester 7 Pak. Kebetulan
sedikit-sedikit sedang mengerjakan skripsi. Karena saya janji kepada ibu saya,
bahwa saya mau lulus kuliah tepat waktu yakni 3,5 tahun. Saya gak mau
menunda-nunda dan menyia-nyiakan kesempatan. Karena saya juga ingin segera
bekerja membantu perekonomian keluarga, Pak.” Baiklah dik, Rini. Saya tunggu
kiriman contoh gambar adik ke email saya ya.” Kata Bapak Santoso. “Baik, Pak.
Nanti saya kirimkan setelah pulang kuliah ya pak. Terimakasih atas tawaran Bapak.
Sekali lagi, hati-hati dalam mengendarai sepeda motor ya, Pak.”
Setelah jam kuliah usai, Rini
pulang kerumahnya dan menceritakan kepada Ibu nya kejadian yang baru dialami
olehnya. Kejadian kecelakaan yang membuat lututnya memar sedikit. Ibu Rini
sempat kaget mendengar cerita yang dialami oleh putrinya tersebut. “Ya ampun,
Nak. Kok bisa kejadian seperti itu. Ibu khawatir kamu kenapa-kenapa. Kita ke
dokter yuk, Nak.” Rini menjawab “tidak perlu ke dokter, Bu. Tadi Rini sudah
memakai plester anti luka yang Rini beli di apotek dekat kampus. Insya Allah
gak kenapa-kenapa kok, Bu.” “Lain kali lebih berhati-hati ya, Nak kalau
berjalan kaki. Jangan lupa selalu berdoa.” Kata ibu. “Oh iya, Bu. Rini diminta
mengirim contoh hasil gambar Rini kepada Pak Santoso. Bapak yang tadi tabrakan
sepeda motor dengan Rini. Bapak Santoso bilang bahwa, di kantornya sedang
memerlukan tenaga untuk magang di bagian desain grafis. Rini ingin coba, Bu.
Kalau misalnya keterima uangnya lumayan untuk nambah-nambah keperluan biaya
skripsi Rini.” Kata Rini kepada Ibunya dengan antusias. “Tapi ‘kan, Nak. Kamu
kan kuliahnya bukan jurusan desain. Kamu kan kuliahnya jurusan manajemen?
Memang bisa?” kata Ibu nya Rini dengan sedikit heran. “Ya kita lihat nanti
saja, Bu. Apakah Rini keterima atau tidak. Ya Rini kan menggambar hanya sebagai
hobby saja. Jika tidak keterima ya memang bukan rezeki ku, Bu. Aku percaya
rezeki itu sudah diatur. Sudah tertakar dan tidak akan mungkin tertukar.”
Akhirnya selang 2 hari setelah
Rini mengirim CV beserta portofolio gambar nya ke kantor Bapak Santoso, Rini
dipanggil interview di kantor Bapak Santoso. Rini sempat tidak menyangka bahwa
CV dan portofolio gambarnya lolos kualifikasi. Karena kantor Pak Santoso
termasuk salah satu kantor prestige
di Indonesia. Akhirnya esok harinya, Rini datang ke kantor Bapak Santoso di
kawasan Sudirman, Jakarta. Rini senang bukan main, karena portofolio gambarnya
lolos kualifikasi. “Selamat, Rini kamu bisa mulai bekerja nya kapan ya?” kata
Bapak Rifki yang menjadi kepala personalia di kantor tersebut. “Saya mungkin
bisa mulai awal bulan, Pak.” Kata Rini dengan wajah masih setengah tidak
percaya karena dia diterima bekerja magang di kantor itu.
Meskipun Rini sudah bekerja di
kantor bapak Santoso, Rini juga tetap fokus pada kegiatan kuliahnya.
Nilai-nilainya pun masih konsisten bagus. Dan Indeks Prestasi Kumulatif Rini
juga selalu diatas 3. Rini pun juga masih berjualan kue tradisional seperti
dulu. Kue favorit orang-orang masih sama yaitu kue cucur dan kue klepon. Di
kantor tempat ia magang, Rini masih tetap berjualan kue. Kemudian di sela jam
kantor, Bapak Santoso mengajak Rini makan siang bersama di kantin kantor.
“Bapak bangga dik, sama kamu. Zaman sekarang masih ada saja anak muda seperti
kamu yang tidak malu berjualan kue tradisional bahkan sampai dibawa ke kantor
dan ke kampusmu. Anak bapak saja yang seumuran denganmu akan malu jika disuruh
jualan kue sepertimu.” “ah, bapak bisa saja. Saya sampai kapanpun tidak akan
malu untuk berjualan, Pak. Karena bagi saya berjualan adalah salah satu mencari
rezeki yang halal Pak. Saya tidak ingin melihat ibu dan adik saya kekurangan.
Apalagi setelah ditinggal Bapak meninggal, saya menjadi tumpuan ibu dan adik
saya. Karena gaji ibu saya sebagai pembantu rumah tangga tidak seberapa, Pak.
Saya juga masih punya satu adik yang harus saya biayai sekolahnya sampai
sarjana.” Kata Rini. “Wah bapak kagum sekali dengan semangatmu, dik Rini. Bapak
doakan kamu segera menjadi anak yang sukses ya dan bisa membahagiakan
orangtuamu. Oh, iya Rin. Bapak dapat masukan dari staff personalia bahwa, kerja
kamu dalam masa magang ini bagus. Kalau kamu bisa konsisten bagus terus, kamu
bisa diangkat menjadi karyawan tetap di kantor ini. Semoga Indeks Prestasi kamu
konsisten bagus ya sampai wisuda. Bapak doakan.” Rini pun tersenyum dan berkata
“Terimakasih, Pak. Doakan saya semoga saya bisa terus konsisten meraih nilai
yang bagus di masa kuliah saya ini.”
Tiba saatnya Rini wisuda, dan
Rini dinobatkan sebagai lulusan terbaik di kampusnya. Bukan main bangganya hati
Ibu Rini. Ibu Rini menangis terharu karena bangga anaknya bisa menjadi lulusan
terbaik di kampusnya. “Bu, maafkan Rini ya, Bu. Jika selama ini Rini sudah
merepotkan ibu dengan berbagai macam biaya yang banyak saat Rini kuliah. Rini
janji, Bu. Sekarang saatnya Rini yang balas pengorbanan ibu, walau Rini gak
akan bisa membalas semua pengorbanan dan kebaikan ibu kepada Rini, tapi Rini
akan terus berusaha buat ibu senang, buat ibu bangga, buat adik bahagia. Dan
Rani harus bisa sekolah tinggi sampai sarjana seperti Rini ya, Bu.” Kata Rini
disela-sela prosesi wisuda. Rini pun berderai air mata haru saat berbicara
sambil mencium tangan ibunya. “Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk Rini.
Tetap jadi orang yang rendah hati ya, Nak jika sudah menjadi orang yang hebat.
Sudah mendapat karir yang cemerlang.”
Tepat sebulan setelah prosesi
wisuda, akhirnya Rini diangkat menjadi karyawan tetap di kantor Bapak Santoso,
tempat ia bekerja magang dulu. Dalam hati, Rini tak henti-hentinya bersyukur
kepada Tuhan, Allah SWT karena telah memberikan begitu banyak rezeki. Rezeki
yang tak terduga-duga. Rini di kantor tersebut menjadi staff digital marketing.
Karena ilmu marketing nya yang didapat di bangku kuliah juga sangat baik dan
dikombinasikan dengan keahlian desain grafis yang dia miliki. Rini juga menjadi
karyawan teladan di kantornya tersebut. Rini teringat akan pesan ibu nya
sewaktu masih kuliah dulu “Nak, jadilah orang baik. Karena, jika kita baik,
rezeki yang baik, teman yang baik, bahkan jodoh yang baik juga akan menghampiri.”
Dan setelah 6 bulan bekerja di kantornya, Rini mendapat project untuk membuat campaign
akan pentingnya untuk menjaga keselamatan bagi pengendara motor. Tema nya
adalah “Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.” Rini membantu
untuk memberikan ide desain, memberikan strategi untuk berpromosi lewat sosial
media. Dan tanggapan masyarakat pun sangat bagus dan antusias menyambut ajakan
untuk “Tertib, Aman dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.”
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’
Penulis : Rachmah Dewi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar