Jumat, 15 Desember 2017

Karena Ibu dan Karena Doanya, Aku Mendapatkan Penghargaan Bergengsi di Balai Kota Jakarta

Ini adalah foto saya ketika menerima pengaungerahan jurnalistik pada tanggal 21 september 2017 di Balai Kota DKI Jakarta


Tahun 2017 tinggal menghitung hari akan segera pergi. Tentu mungkin di antara kita masih banyak segala pencapaian yang ingin diraih. Segala momen kebahagiaan dan kesedihan silih berganti mewarnai kehidupan saya di tahun 2017 ini.

Lalu walaupun saya tengah dilanda kesedihan, ada sosok-sosok yang berperan penting dan menjadi lini terdepan untuk memberikan semangat pada saya, yakni kedua orangtua saya. Terutama ibu saya.
Wanita yang sehari-hari saya panggil dengan sebutan “Mama” itu selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada henti tanpa tapi dan tanpa nanti untuk kehidupan saya.

Boleh dibilang, tahun 2017 adalah tahun yang sebagian besar memberikan kebahagiaan untuk saya. Dimulai pada Juli 2017 kemarin, saya berhasil menerbitkan sebuah buku. Ya, menerbitkan sebuah buku adalah cita-cita saya sejak duduk di bangku kuliah. Awalnya, saya kurang percaya diri untuk menulis buku, namun berkat doa Ibu saya siang dan malam, serta usaha dan doa dari saya yang tiada henti, maka keinginan untuk saya menjadi penulis buku tercapai di tahun 2017.

Jika masih ada yang meragukan kekuatan doa, apalagi kekuatan doa dari seorang Ibu, sebaiknya buang jauh-jauh anggapan demikian. Karena dengan doa dari seorang Ibu, semua percepatan karier dan rezeki dapat kita rasakan.

Karena Ibu dan karena doanya yang telah melangit dan diaminkan oleh seluruh penjuru langit, aku kali pertama menginjakkan kaki di Balai Kota Provinsi DKI Jakarta untuk menerima penghargaan

Tak hanya sampai di situ, Alhamdulillah setelah saya menerbitkan buku, banyak sekali peluang-peluang rezeki berdatangan. Ada kejadian tak terduga menghampiri saya. Sebelum kejadian tersebut, saya sempat minta tolong ibu saya untuk mendoakan saya dalam setiap shalatnya. saya bilang "Ma, doakan saya selalu ya. agar saya menjadi anak yang sukses dan membanggakan Mama dan Papa." 

Dan benar saja, beberapa bulan lalu, sebuah email masuk yang isinya menyatakan bahwa salah satu artikel saya menjadi nominasi di ajang penganugerahan jurnalistik oleh Persatuan Wartawan Indonesia. Jelas saya kaget bukan main, karena memang dari awal saya tidak menyangka akan mendapatkan nominasi paling bergengsi tersebut.

Dan lagi-lagi itu adalah berkat dari doa Mama saya. Mama saya yang selalu ada menguatkan, mama saya yang selalu mendukung. Begitu banyak doa yang sudah mama saya panjatkan di hadapan Allah SWT, tanpa saya tahu mama saya mungkin di sepertiga malam menangis, menengadah, dan bermunajat kepada-Nya. Sungguh antara percaya dan tidak percaya,  Di tanggal 21 September 2017, saya berhasil mendapatkan penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia untuk kategori “Feature Citizen Journalism” di mana artikel saya, menjadi juara 2 dalam ajang penganugerahan tersebut. sungguh luar biasa doa Mama saya untuk saya.

Entah doa mana yang akan dikabulkan lebih dulu oleh Allah SWT, mama saya selalu tak putus asa untuk mendoakan anak-anaknya termasuk mendoakan saya.  Setiap saya telah sampai di kantor, tak lupa saya selalu memberikan pesan singkat di handphone untuk Mama saya, yang isinya begini, “Aku udah sampe kantor, Ma. Doain ya.” Terus menerus saya meminta restu dan doa dari ibu saya. Alhamdulillah, mustajabnya doa dari Mama saya kini saya rasakan sekarang. Maafkan anakmu ini, Ma, jika belum bisa sepenuhnya membalas cinta dan kasih sayangmu yang selalu engkau berikan tulus dan tanpa pamrih untuk kehidupan ku.

Ini adalah foto saya bersama Mama Saya.
Pertama kalinya dalam sejarah hidup menerima penghargaan bergengsi langsung di Balai Kota, yang dihadiri oleh para pertinggi dari Provinsi DKI Jakarta. Semua itu berkat doa yang tulus dari Mama saya. Menerbitkan buku dalam waktu 30 hari, yang bagi sebagian banyak orang mustahil untuk dilakukan, berkat doa dan dukungan dari Mama saya, akhirnya keinginan saya itu dapat terwujud. Alhamdulillah terimakasih banyak Mama.

Artikel ini, saya ikut sertakan untuk lomba blog dari Saliha.id dalam rangka menyambut "Hari Ibu" pada tanggal 22 desember 2017.


Kompetisi Lomba Blog dari Saliha.id


Wassalamualaikum Wr.Wb

Rachmah Dewi



Minggu, 14 Mei 2017

Hai Kalian, "I'm Back!" #Part1

(Sumber gambar: entertainment-expert.com)

Assalamualaikum Wr.Wb!

Setahun sudah saya meninggalkan blog pribadi saya ini. Mohon maaf banget buat pembaca setia blog saya ya karena saya jarang posting artikel di blog ini :)

Anyway, selama setahun ini, saya menemukan banyak sekali pembelajaran hidup. mulai dari hal yang membuat senang, bahagia, berbunga-bunga, sampai sedih, kecewa, pasrah, galau, dan gundah. Semua saya alami selama kurang lebih setahun ini. maka dari itu, karena saya merasa pahit manis pembelajaran hidup yang sudah saya dapatkan tersebut, saya mau membagikannya lewat blog ini.

Selama setahun belakangan kemarin, Dewi nulis di mana?

Banyak gak yang nanyain setahun belakangan ini saya nulis di mana? Alhamdulillah yang nanya sekitar 10 juta orang (hahaha kok lebay?)
 Yap, selama setahun belakangan ini, saya nulis di platform blog bernama Kompasiana. lah kenapa kok saya nulis di sana? ya karena saya bekerja di sana. hehehe. iyap betul, tepatnya di Februari 2016, saya resmi diterima oleh Kompasiana. salah satu unit bisnis dari Kompas Gramedia Group.

Cerita dikit, dulu keinginan saya begitu menggebu-gebu dengan tekad yang bulat untuk masuk menjadi karyawan Kompas Gramedia. keinginan saya itu dimulai ketika saya lulus kuliah, namun 3 tahun kemudian Allah SWT baru mengabulkan doa saya.

Oke lanjut..

Nah karena tuntutan pekerjaan itulah yang memaksa saya untuk menulis di Kompasiana. menulis artikel lebih tepatnya. karena, Kompasiana sebagai platform blog sosial, memungkinkan untuk siapa saja bisa menulis di sana. (tentunya bagi mereka yang sudah punya akun di sana, barulah bisa menulis.)

Terhitung dari Februari 2016 sampai Mei 2017, di Kompasiana, saya sudah menuliskan 79 artikel, yang didominasikan untuk rubrik "Muda"

kenapa saya senang menulis di rubrik "Muda?" jangan tanya kenapa alasannya karena saya juga tidak bisa untuk menjawab! hehehe. Ya intinya, kalau nulis di rubrik muda itu berasa "Gue Banget" dah! yoii..

Nah, selama setahun lebih, saya berdedikasi untuk menjadi anak Kompasiana yang baik. wedeeeh! hahaha. dan Alhamdulillah, sebentar lagi ada salah satu keinginan saya yang Insya Allah akan segera terwujud.

Menikah?

Waduh, maaf saya nulis apa barusan? itu kok jadi burem gitu tulisannya di saya? ahahaha. Menikah ya? Iya, saya pengen nikah, jangankan saya, semua orang juga pengen nikag kok hehehe. tapi kapannya? masih belum bisa saya jelaskan di sini. karena kan waktunya biarkan Allah saja yang atur. soalnya saya belum ketemu sama Mas calon suami di Istikharah saya, nah kalau udah ketemu nanti baru saya posting di sini ya! hehehe


Lantas apa dong salah satu keinginan saya yang akan segera terwujud itu? SAYA MAU NERBITIN BUKUUUUU!! INSYA ALLAH LAGI PROSES CETAAKKK! Eh Maaf-maaf capslock-nya jebol saking saya bersemangat sekali menceritakan perihal saya mau ngeluarin sebuah buku!

Yuhuuuyy!! itulah salah satu impian saya. sedari kecil, saya memang suka nulis. kalau kata temen saya sih, saya kalau nulis tuh selaluuuu panjang bangeet.. apalagi kalau lagi ulangan mata pelajaran bahasa indonesia sewaktu di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama, atau sekolah menengah atas, sampai di bangku kuliah pun, untuk ujian mengarang (nulis karangan) atau bikin essay, ketika teman saya hanya menulis satu halaman, saya bisa menulis dua setengah halaman. yang kadang saya suka minta kertas kosong sebagai tanda tulisan yang saya tuliskan sudah over kuota di kertas yang diberikan oleh pengawas ujian! hahaha maafkan saya Pak, Bu..

Nah, sebenernya keinginan saya menjadi seorang penulis itu sekitar 3 tahunan yang lalu. di mana waktu itu, saya melihat profesi penulis-penulis muda yang mereka umurnya sama kayak saya, tapi kok prestasi mereka lebih banyak dari saya?

Dari situlah, saya mulai tercambuk. saya harus bangkit! saya masih muda, harusnya saya bisa berprestasi seperti para penulis-penulis muda yang hebat di Indonesia.

namun, dulu saya mau jadi penulis itu belumlah sampai pada niatan yang kuat. sampai akhirnya, niatan yang kuat itu ada di tahun 2016 kemarin, saat salah satu teman kantor saya, menerbitkan sebuah novel di penerbit Elex Media Komputindo.

lagi-lagi, saya bagai tertampar. kenapa teman sekantor saya bisa mengeluarkan buku, lalu mengapa saya tidak bisa? dari situ, niatan kuat saya muncul untuk menerbitkan sebuah buku.

Dan ditambah lagi, saya sebagai seorang alumni sekolah Al-Azhar, yang notabene-nya adalah salah satu sekolah islam terbaik di Indonesia, yang menghasilkan ribuan alumni berkualitas dan berprestasi. saya merasa malu. kenapa saya malu? karena saya sebagai alumni yang 11 tahun, sejak TK sampai SMP bersekolah di Al-Azhar, ketika lulus dari sana, belum memberikan kontribusi yang berarti dan bermanfaat untuk orang banyak.

Di mana, saya melihat teman-teman saya yang kini sudah banyak yang sukses dalam berkarier. ada yang jadi entrepreneur, operational manager, marketing manager, hafidz qur'an, dokter, maupun menjadi seorang publik figur! Iyaaa! itu semua lulusan Al-Azhar! Masya Allaaahh..

Sungguh, begitu hebat prestasi teman-teman saya. saya berkara dalam hati "Dewi, sekarang giliran lo yang harus maju! lo tunjukkin ke orang-orang yang dulu pernah meremehkan lo, pernah menganggap lo gak bisa apa-apa, kalo lo bisa berprestasi! jangan tunda lagi, sekarang saatnya!"

dari rasa tertampar itulah akhirnya saya bangkit, dan mulailah saya menulis naskah buku.

Saya tadinya ingin menulis naskah berupa novel (buku fiksi), di mana saya sudah menuliskan ceritanya setengah di akun wattpad saya. namun, niat menulis buku fiksi saya urungkan. saya ganti niatan saya, dan akhirnya terciptalah naskah buku nonfiksi.

Buku nonfiksi kan susah?


Kata siapa? masa sih? enggak kok, menulis non fiksi itu gak susah, cuma gak gampang aja. HAHAHA! jujur, saya mau berbagi cerita nih yaa.. emang bener sih kalau menulis non fiksi itu syusssyaahh... ide kita gak boleh buntu, pikiran harus tetap fresh. karena menulis non fiksi itu adalah menulis kenyataan dan bukan berupa khayalan!


Tapi.... menulis non fiksi berdasarkan tema yang dekat dengan keseharian kita itu jauh lebih mudah loh! percaya sama saya!

saya nulis non fiksi dengan tema "Memantaskan diri untuk dapat jodoh terbaik" itu alhamdulillah sih gampang saja. karena apa? karena tema tersebut yang kerap kali menghantui saya, kerap kali menggalaukan saya, kerap kali bikin susah tidur saya! hehehe

Gini, saya nulis buku pertama saya itu, sumber utamanya adalah kegalauan saya. Iya, kamu gak tahu kan kalo saya galau? galaunya anak kelahiran 91 apa lagi kalau bukan tentang jodoh-lamaran-nikahan? hahahaa... serius nih, dari kegalauan saya itu maka, saya memutuskan untuk meluapkannya lewat tulisan. tapi bukan tulis status di BBM atau FB ya! yang isinya kayak gini "Aq Gtw Lg Hrz Gmn Ney, Tmn2 q dah pd Niqah.. Aq lom ad Jodoh, Q Pusink" Percayalah, niscaya saya tidak mahir untuk menulis seperti tulisan cetak miring di atas.

Nah, jadi saya ini adalah tipe galau elegan!

GALAU ELEGAN? apaan dah maksudnye? kagak paham ye ente pade? ahahaha..

Jadi galau elegan itu adalah tingkatan galau yang jika dirinya sedang galau, maka dia menumpahkan kegalauannya dengan hal yang bermanfaat. nah contohnya saya ini, saya menulis satu buku yang terdiri dari 169 halaman itu karena kegalauan saya lho!

Iya, disaat teman-teman saya yang sebaya, telah banyak yang menikah, banyak yang menyebarkan undangan pernikahan, banyak yang mengupload foto pernikahan atau lamarannya di sosial media. sementara saya? belum sampai di tahap itu semua. ditambah lagi kedua orangtua saya, keluarga saya yang menanyakan "Dewi, mana calonnya? kok gak dikenalin ke mama? bohong ah kamu gak punya calon, gak punya pacar!" wahahahaha aduh gimana yak jawabnya saya bingung. lebih bingung lagi kalau ditanya "Kapan nyebarin undangan?" tahu tidak, rasanya saya pengen loncat aja dari jurang kalau terus-terusan ditanya seperti itu.

Nah, dengan punya kesibukan baru sebagai penulis buku, saya kan jadi punya alasan jika ditanya "kapan nikah?" maka saya akan jawab "Iya, nanti ya setelah buku ini selesai, setelah buku ini terbit." jawaban yang sungguh elegan, bukan? hahaha

percayalah, saya pun sebenarnya mau sekali menikah seperti teman-teman yang lain. namun, masalahnya kan kalau Allah, Tuhan saya, belum menghendaki saya untuk bersatus sebagai seorang istri ya gak akan bisa, toh? ketika kegalauan akan pernikahan itu datang, saya selalu pegang satu kalimat pamungkas "Semua akan menikah pada waktunya. Semua akan dapat jodoh jika sudah waktunya."

nah dari situ, kegalauan saya, saya kumpulkan menjadi satu narasi yang layak untuk dibaca. saya mau, saya ataupun kalian yang sedang ada dalam masa penantian menanti jodoh terbaik, melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat. bukan hanya diisi dengan "Baper" (Bawa Perasaan) terus-menerus. karena akan jauh lebih berguna masa penantian kita jika kita mengisinya dengan menuntut ilmu, perbanyak baca buku, dan perbanyak mendekatkan diri pada Allah SWT.

Wassalamualaikum wr.wb