Jumat, 27 April 2018

Alasan di Balik Sebuah Pilihan | #14ArticlesOn14Days

Alasan di Balik Sebuah Pilihan


Jumat Berkah! salah satu slogan di hari jumat yang paling saya suka setelah "Thanks God It's Friday." entah mengapa, aku sangat menyukai dan mencintai hari jumat. bagiku, hari jumat selalu punya sisi spesial dan tentunya juga, hari jumat itu penuh dengan keberkahan. InsyaAllah...

Di tulisan kali ini, aku akan membahas tentang "Alasan di Balik Sebuah Pilihan" tentu, ini berdasarkan ceritaku ya.

Kalau kamu mengenalku sebagai seorang penulis buku saat ini, kamu harus tahu, bahwa aku terjun di dunia kepenulisan buku baru sekitar 1,5 tahun belakangan ini. Oh ya? Iya! kamu tahu dan kamu percaya atau nggak, saya ini adalah seorang Sarjana Ekonomi yang membelok profesi menjadi seorang penulis buku.

Kok bisa? Ya bisa! Sebenarnya, ini mau aku ceritakan di buku solo keduaku, tapi aku akan ceritakan sedikit saja khusus untuk kalian yang saat ini tengah membaca postingan #14ArticlesOn14Days milikku.

Aku mencintai dunia kepenulisan sudah lama, tepatnya ketika SMA, aku sudah mulai jatuh cinta dengan menulis. Aku senang sekali jika ada pelajaran bahasa Indonesia dengan tugas disuruh membuat karangan atau karya tulis. Bagiku, dengan menulis aku bisa mencurahkan segala rasa yang aku tidak bisa curahkan lewat kata-kata. Bagi sebagian orang, aku dianggap orang yang pendiam, namun jika sudah menulis, aku bisa bermain kata dengan tulisanku sampai berlembar-lembar.

Terbersit keinginan, setelah lulus SMA aku ingin kuliah di jurusan sastra, atau minimal yang ada hubungannya dengan dunia tulis menulis. Namun, karena kedua orangtuaku adalah lulusan Ekonomi, maka aku tidak diperbolehkan masuk ke jurusan impianku. Karena stigma orangtua yang selalu berkata "Jadi Sarjana Ekonomi itu enak, kamu bisa kerja kantoran nanti dengan gaji yang tinggi. Kamu bisa kerja di bagian akunting atau human resource, pokoknya keren deh."

Karena aku termasuk anak yang manut-manut saja dengan perkataan orangtua, maka aku ikuti kemauan mereka untuk kuliah di Fakultas Ekonomi dengan jurusan manajemen. Walaupun aku kuliah di bukan jurusan impianku, tapi aku tetap untuk memberikan nilai serta indeks prestasi terbaik kepada kedua orangtuaku.

Namun, hasrat menulisku masih terus ada bahkan sampai aku kuliah. Jiwaku untuk mencintai dunia kepenulisan tidak pudar, bahkan semakin menggebu-gebu. Saat itu, memang tengah booming sekali media blog untuk menulis. Di tahun 2013, setelah aku lulus kuliah, barulah aku membuat blog. Dan blog yang kalian baca inilah, yang menjadi blog pertama saya.

Setelah lulus kuliah, apakah aku pure menjadi seorang penulis? Belum sepenuhnya. Karena saat itu, aku masih bekerja di kantor yang jobdesc-nya masih berkaitan dengan jurusanku saat kuliah. Dan aku baru bisa benar-benar total dalam menjalani peran saya sebagai penulis itu di sekitar tahun 2017, tepat di mana buku pertama aku terlahir ke dunia.

Aku pun memilih resign dari kantor yang turut membesarkan namaku selama aku mengabdi 1 tahun 9 bulan di sana walaupun pekerjaan itu memang cocok dengan passion-ku, namun aku memilih untuk lebih fokus mengabdikan diri sebagai seorang penulis. Full Time Writer dengan menjadi seorang istri yang shalihah di tahun 2018 adalah sebuah cita-citaku :)

Mengapa Memilih untuk Jadi Penulis?

Untuk pertanyaan ini, simpel saja jawaban dariku, aku ingin menjadi seseorang yang turut andil untuk mencerdaskan anak-anak bangsa lewat tulisan. Karena sebuah tulisan itu mampu mengubah peradaban. Membuat seseorang yang tadinya tidak tahu, menjadi tahu. Dengan tulisan pun, itu bisa menjadi amalan jariyah bagiku, ketika aku sudah tidak hidup lagi di dunia ini, masih ada sesuatu yang dapat aku tinggalkan, yakni dari tulisan-tulisanku. Kalian pasti tahu ungkapan ini "Gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan nama?" aku ingin jika aku meninggal nanti, pahala untukku tidak terputus. maka dari itu, aku membuat sebanyak-banyaknya karya lewat tulisan yang bermanfaat untuk dibaca. 

Regards,

Rachmah Dewi

Kamis, 26 April 2018

Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal | #14ArticlesOn14Days

Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal


Jakarta, 26 April 2018. Ketika aku mengetik artikel ini, aku ditemani oleh udara Jakarta yang menurutku sejuk. Tidak panas dan juga tidak dingin. PAS banget dipakai untuk menulis.

Menjelang pertambahan usia, sejenak saya merenungi lebih dalam tentang keadaan yang terjadi setahun belakangan ini di hidupku. Begitu banyak kejadian-kejadian yang Allah SWT hadirkan untukku. Kamu tahu salah satunya apa? 2017 itu tahun yang sebagian besar teman-temanku menikah! :) 

Yang aku mau bahas lebih lanjut dalam artikelku bukan tentang siapa-siapa saja teman-temanku yang menikah di tahun 2017 namun kali ini yang aku mau bahas adalah tentang "Yang Datang, Yang Pergi, dan Yang Tetap Tinggal." dan judul ini merujuk kepada sebuah kata, yakni Teman!

Untuk kalian, yang saat ini tengah membaca tulisan ini, aku mau tanya dulu, sadar atau nggak, semakin bertambah usia, teman-teman kalian itu justru bukan semakin banyak malah semakin sedikit? sadar? ya, kalau kalian tidak sadar, aku pribadi sudah menyadarinya dan ya memang benar begitu realitanya.

Menurut beberapa artikel yang aku baca, jawaban dari kenapa semakin bertambah usia, atau semakin dewasa usia seseorang, maka justru teman-teman yang dia punyai semakin sedikit adalah karena "Teman-teman yang masih tetap tinggal bersama kita adalah teman-teman yang menerima kita apa adanya, selalu support kita bagaimana pun kondisi kita, dan teman-teman yang tulus ada di sisi kita."

Apakah kata-kata demikian juga berpengaruh di kehidupanku? ya tentu saja. Semakin usiaku bertambah, semakin aku dewasa, aku merasa hanya hitungan jari saja teman-teman yang berteman dengan tulus kepadaku. Teman-teman yang dulu sering bersama saya, sekarang ini menghilang, tidak tahu keberadaannya.

Filterisasi alamiah untuk teman-teman ini memang terjadi sendirinya. Karena itu membuktikan  bahwa hanya teman-teman baik saja yang tetap tinggal. Apalagi jika kamu sudah menorehkan banyak prestasi atau kamu sudah jadi orang terkenal, bakal ketahuan juga teman-teman yang numpang tenar atau teman-teman yang memang tulus berteman sama kamu.

Kadang aku pun tidak mengerti tentang fenomena demikian, tapi ya aku mengalami sendiri. Mungkin saat kalian duduk di bangku SMA, fenomena "kehilangan teman" belum terasa. Karena di waktu SMA itulah waktu-waktu di mana mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya.

Namun, lihatlah ketika kalian lulus kuliah atau sudah memilki karier yang bagus, lihat, apakah teman-teman kalian masih tetap sama banyaknya? aku rasa jawabannya TIDAK! Dan menurut penelitian sederhana zaman sekarang ini muncul berbagai sosial media, satu contohnya adalah Instagram yang di mana memungkinkan kita untuk bisa selalu melihat aktivitas teman-teman kita, sehingga bisa saja timbul perasaan iri hati melihat aktivitas teman-teman kita yang kita lihat di sosial media, sehingga memunculkan juga perasaan minder yang berakibat "udah ah gue gak mau temenan sama dia lagi karena kehidupan dia serba WAH, sementara apalah gue cuma remah-remah." sehingga, teman-teman yang dulunya dekat dengan kita akan menjadi jauh dengan kita.

Tulisan ini sekadar refleksi dari diri saya sendiri. Bukan bermaksud menyindir ataupun menyinyir. Aku mengucapkan banyak terimakasih untuk kalian, teman-temanku yang masih setia dan tulus untuk tetap tinggal, untuk tetap ada menjadi salah satu support system-ku. Semoga kita bisa terus bersama-sama dalam kebaikan! Terimakasih teman-teman, kalian #OrangBaik :)

Regards,

Rachmah Dewi

Rabu, 25 April 2018

Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan | #14ArticlesOn14Days

Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan 

25 April 2018, keadaan langit Jakarta hari ini cukup terlihat sedikit mendung. Senyuman sinar matahari yang biasanya menyapaku, kini belum terlihat. Apakah mungkin langit Jakarta akan didatangi oleh hujan? entah, aku pun tidak tahu.

Menyongsong usia baruku nanti, yang akan datang kurang lebih 12 hari lagi, tentunya aku punya banyak sekali hal-hal yang aku ingin wujudkan di tahun ini, di usia baruku nanti. Apa saja? kamu mau tahu? mari, sini aku beritahu ya:

1. Menerbitkan 1 Buku Solo dan (Minimal) 3 Buku Antologi

Buku solo pertamaku terbit di tahun kemarin. Ada secercah harapan, aku juga ingin menerbitkan kembali buku solo yang kedua di tahun ini. Bukan, bukan karena aku perempuan ambisius, tapi ini adalah soal konsistensi. Ya, konsistensi. Penulis yang baik tidak hanya akan puas di satu karya. Begitu karyanya sudah terbit, maka dia tidak mau menulis lagi. Bukan itu. Tapi penulis yang baik, adalah penulis yang terus konsistensi berkarya, menghasilkan karya-karya yang bermanfaat di tahun-tahun berikutnya. InsyaAllah, jika Allah SWT masih berkenan memberikan umur panjang untuk aku hidup di dunia pada tahun ini maka, aku berkeinginan untuk melahirkan karya keduaku. Buku solo kedua. 

Kalau kamu sudah baca buku pertama aku, "Semoga Pilihanku Juga Pilihan-Mu" maka pasti kamu akan bertanya "Buku kedua, temanya tentang jodoh lagi?" Oke, aku akan kasih spoiler sedikit ya, buku solo kedua aku ini bukan bertemakan tentang jodoh lagi, tapi aku akan menuliskan tema tentang passion. Masih dengan genre yang sama dengan buku sebelumnya, yakni genre non-fiksi. aku akan lebih banyak ber-story telling di sini. 

Doakan saja, buku ini segera lahir ya! :) Dan untuk buku antologi? ya, aku juga senang jika ada kesempatan menulis naskah untuk buku antologi. Kamu tahu gak, cara paling sederhana bagi seorang penulis untuk menjaga konsistensi menulisnya adalah dengan ikut project antologi. Kenapa aku bilang demikian? karena itulah caraku paling sederhana untuk terus ON dalam membuat tulisan. Ikut project antologi. Infonya banyak kok di instagram. Ikut aja yang temanya kamu suka, eksekusi deh bikin naskahnya! Percayalah, membuat naskah antologi itu tidak seberat membuat naskah buku solo lho! Trust Me!

2. Menikah

Oke, nomor dua langsung pada poin "Menikah." Setiap insan, pasti menginginkan untuk menikah, hidup bersama pasangan yang dicintai. Membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan juga warrahmah. Usia aku tahun ini, sudah masuk kategori usia siap nikah. Aku pun InsyaAllah sudah sampai ke tahap siap secara lahir maupun batin. Bukan semata-mata karena aku ingin ikut-ikutan teman-teman aku di sekitar aku yang sudah banyak menikah. InsyaAllah niat aku ini lurus, benar-benar ingin ibadah dengan menyempurnakan separuh agama. Semoga Allah meridhoi niat baik aku ini. Karena aku sebagai manusia biasa hanya ingin selalu mendapat Ridho-Nya. Jadi teman-teman yang baca tulisan aku ini, ku mohon doanya ya :) Oh ya, kalau kamu mau tahu, target nikahku itu tahun 2018, artinya masih ada harapan dan masih banyak harapan untuk mewujudkan keinginanku menikah di tahun 2018 sebelum tahun 2018 ini pergi :)

3. Umrah ke Baitullah

Nomor 3 ini jelas masuk ke dalam list "Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan" MasyaAllah ke Baitullah Mekkah juga ke Madinah adalah salah negara tujuan yang aku idam-idamkan. Mungkin bukan hanya aku, tapi seluruh umat islam di dunia juga pasti ingin berkunjung ke sini. Mudah-mudahan tahun ini, terwujud keinginanku untuk Umrah, berkunjung ke Mekkah Al-mukarramah dan Madinah Al-munawwarah. InsyaAllah, Mekkah dan Madinah, Baitullah yang sangat agung di mata umat muslim seluruh dunia, aku akan datang berkunjung ke sana di usiaku tahun ini! Aamiin.

4. Berkolaborasi dengan Para Penulis Buku Ternama

Poin ke-4, aku ingin sekali mewujudkan untuk berkolaborasi dengan para penulis-penulis hebat. Kolaborasi kebaikan ya tentunya. Penulis yang ingin aku ajak kolaborasi adalah penulis-penulis idolaku. Salah satunya Mas Muhammad Assad. Aku suka banget baca buku-buku karya beliau. Dan yang lebih istimewa lagi, aku dan beliau adalah sesama alumni di sekolah yang sama, yakni Al-Azhar Jakapermai. My Wish List, aku ingin kembali lagi ke Al-Azhar berkolaborasi dengan Mas Assad untuk menyebarkan virus semangat menulis pada adik-adik kelas kami. 

Kok cuma 4 sih Hal-hal yang Ingin Segera Diwujudkan? Oh tentu tidak, sebenarnya banyak lagi. Tapi keempat inilah yang benar-benar ingin banget untuk segera diwujudkan. Mohon bantu doa yang banyak ya agar keempat list ini bisa segera terwujud di usiaku di tahun ini.


Regards,

Rachmah Dewi

Selasa, 24 April 2018

Belum Sepenuhnya Menjadi Kebanggaan | #14ArticlesOn14Days

Belum Sepenuhnya Menjadi Kebanggaan



Bulan April sudah di ambang batas kepergiannya. Sebentar lagi, bulan kelima dalam kalender masehi akan segera datang. kalau kamu sudah baca artikel saya sebelumnya "Menjelang Pertambahan Usia" maka kamu juga akan tahu, bahwa bulan depan menjadi bulan yang selalu bersejarah untuk kehidupan saya.

Pertambahan usia saya di tahun ini, bukan lagi menginjak usia belasan tahun, tapi lebih dari itu, usia saya sudah menginjak lebih dari seperempat abad. Kalau kamu kelahiran tahun 1991, kamu pasti tahu berapa usia saya di tahun ini.

Ada rasa yang berkecamuk dalam diri saya. Saya merasa, begitu banyak asa dan impian yang belum menjadi nyata. Rasanya ingin marah sekaligus malu pada diri saya sendiri. Belum banyak prestasi yang saya persembahkan kepada kedua orangtua saya. Kedua orangtua saya, yang semakin lama juga semakin bertambah usia, tentu ingin melihat anak perempuannya ini menjadi anak yang membanggakan.

Jika saya boleh menghitung pencapaian serta prestasi saya selama setahun belakangan ini, boleh saya sedikit berbangga diri, ketika saya mendapat sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta, yakni di bulan Juli 2017, saya berhasil menerbitkan buku pertama saya yang saya tulis hanya dalam waktu 30 hari. Setelahnya, di bulan September 2017, Allah SWT memberikan saya sebuah anugerah indah kembali, yakni mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat Nasional dalam Ajang Penganugerahan Jurnalistik M.H. Thamrin ke-43 di kantor Gubernur DKI Jakarta. Dua buah pencapaian terbaik saya di usia saya tahun lalu. Alhamdulillah.

Namun, saya merasa belum sepenuhnya menjadi kebanggaan untuk kedua orangtua saya, untuk keluarga saya. Ya, saya ingin selalu menjadi anak perempuan yang menjadi pelita di hati Papa dan Mama saya selagi mereka masih ada.

Ketika saya menemukan teman-teman lama saya di media sosial entah itu Facebook atau pun Instagram, banyak sekali yang sudah menorehkan prestasi-prestasi gemilang nan membanggakan. Jujur, saya iri. Iri dalam kebaikan itu dibolehkan, ya dibolehkan. Asal niatnya adalah agar diri kita juga bisa terpecut berprestasi.

Saya lulusan sekolah Al-Azhar. Selama 11 tahun mulai dari Taman Kanak-kanak, sampai Sekolah Menengah Atas saya menimba ilmu di sekolah islam yang menjadi salah satu sekolah terbaik di Indonesia itu.

Lulusan-lulusannya pun kini saya lihat sudah banyak sekali yang sukses. Sebut saja, Muhammad Assad, seorang yang kini menjadi penulis buku-buku best seller serta menjadi CEO sebuah perusahaan. Lalu selanjutnya, Haykal Kamil. Adik dari artis Zaskia Adya Mecca yang kini juga sudah sukses. Pevita Pearce dan Keenan Pearce, dua kakak beradik yang dulu satu sekolah dengan saya di SMP Al-Azhar 9 Kemang Pratama ini pun juga telah sukses di dunia entertainment dan dunia wirausaha, serta masih banyak lagi alumni-alumni Al-Azhar yang sekarang terbilang sukses dengan banyak prestasi yang membanggakan.

Dari melihat banyaknya alumni-alumni Al-Azhar yang kini boleh terbilang sukses dengan presatasi yang membanggakan, semangat saya jadi selalu tumbuh untuk menghasilkan karya yang terbaik di setiap tahunnya. Karena saya tidak mau, usia saya di dunia ini akan lewat begitu saja dengan sia-sia.


Regards,

Rachmah Dewi

Senin, 23 April 2018

Menjelang Pertambahan Usia | #14ArticlesOn14Days

Menjelang Pertambahan Usia


Hari ini adalah hari senin dengan tanggal yang tertera di kalender penanggalan masehi yaitu 23 April 2018. 14 hari lagi, adalah hari yang selalu bersejarah untuk kehidupan saya di dunia ini. kamu tahu kenapa? 14 hari lagi, saya mengulang hari kelahiran saya. 07 Mei adalah tanggal di mana saya dilahirkan ke dunia ini, di sebuah rumah sakit bernama Rumah Sakit Alvernia Agusta di bilangan Jakarta Timur dengan berat badan saya pada saat itu 3.5 kilogram, terlahir dengan normal dan Alhamdulillah selamat.

Menjelang Pertambahan Usia,
Setiap saya melewati pertengahan bulan april, saya selalu mencoba untuk merenung sendiri, "Sebentar lagi usia saya akan berganti, sebentar lagi usia saya akan bertambah. Udah ngapain aja saya di dunia ini." Ya, saya selalu seperti itu ketika sadar sebentar lagi bulan April akan pergi dan berganti dengan bulan mei.


Menjelang Pertambahan Usia,
Saya sejenak me-rewind peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi setahun belakangan ini di hidup saya. Tak sadar, air mata saya tumpah ketika peristiwa-peristiwa setahun belakangan saya visualisasikan kembali. Ada sedih, kecewa, bahagia, penuh harapan, semangat, canda tawa semua hadir di hidup saya setahun kemarin.


Menjelang Pertambahan Usia,
Sejenak saya coba merenungkan arti dari surah Ar-rahman ayat ke-13 "Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" lagi-lagi, tak kuasa saya membendung air mata ini. lagi-lagi, air mata ini sukses untuk tumpah. Saya mungkin kebanyakkan untuk mengeluh selama ini, dan tak sadar bahwa nikmat Allah Subhanahu Wata'ala yang diberikan pada saya sangat deras. 

Menjelang Pertambahan Usia,
Saya merasa, masih banyak impian-impian saya yang belum terwujud di tahun ini. Saya merasa masih menjadi anak perempuan yang gagal untuk selalu membahagiakan kedua orangtua saya. Saya merasa masih gagal untuk konsisten mewujudkan mimpi-mimpi saya. 


Menjelang Pertambahan Usia,
Begitu banyak kejutan-kejutan dari Allah Subhanahu Wata'ala yang diberikan kepada saya. Entah itu kebahagiaan atau kesedihan, saya memaknainya dengan "kejutan" tentu berbeda cara menyikapinya. Jika saya tengah diberikan "kejutan" berupa kesedihan dan kegalauan, maka saya menyikapinya dengan "Mungkin Allah ingin mendengar doa-doa saya, rintihan saya, munajat saya kepada-Nya." namun, jika saya tengah diberikan "kejutan" berupa kebahagiaan, maka saya menyikapinya "Mungkin ini hadiah dari Allah kepada saya atas doa dan usaha saya selama ini."

Menjelang Pertambahan Usia,
Saya pun jadi semakin paham, bahwa usia seseorang yang semakin dewasa, dengan sendirinya akan memfilter teman-teman di dalam kehidupannya. Teman yang dulunya dekat, sekarang jadi menjauh. Ada? banyak sekali. Teman yang dulunya dekat, namun sekarang tetap dekat dan malah semakin dekat. Ada? 

Ya, tentu ada. Namun ketahuilah, teman-teman yang tetap bertahan bersama kita, yang hanya hitungan jari saja, itu merupakan teman-teman sejati. Rezeki dari Sang Maha Pencipta. Saya semakin yakin dan semakin jelas untuk bisa membedakan, mana teman-teman yang tulus berteman dengan saya, menjadi pendengar yang baik untuk saya, menjadi garda depan ketika saya sedih, dan mana teman-teman yang dekat dengan saya namun hanya ada maunya saja. Yes, That's a Real Life!





Regards,


Rachmah Dewi

Selasa, 20 Februari 2018

Mau Jadi Millennial Keren? Jangan Pernah Absen baca "IDN Times" ya "My Friends"


Hai.. Hai... Hai...


Senang sekali rasanya, saya bisa kembali untuk mengisi tulisan di sini. Sebelumnya saya mau nanya dulu nih buat para pembaca sekalian. Kalian itu suka baca portal berita online apa sih? pasti jawabannya bermacam-macam, kan? Ya, di era digital seperti sekarang ini, banyak sekali portal berita online yang menyajikan bermacam-macam berita yang bisa diakses hanya lewat genggaman! 

Dari sekian banyak portal berita online yang ada sekarang ini, saya memfavoritkan portal berita IDN Times

"The Voice of Millennials and Gen Z" saya rasa sangat tepat disematkan kepada portal berita IDN Times ini. Sebelum lebih lanjut bercerita mengenai betapa saya sangat memfavorikan portal berita IDN Times ini, saya akan terlebih dahulu menuliskan sejarah singkat beridirinya portal berita online favorit saya ini. 

IDN Times didirikan pada tanggal 8 Juni 2014 oleh dua orang lelaki yang bernama William dan Winston. Yang didasari oleh keinginan mereka berdua untuk memberikan konten yang berdampak positif bagi para Generasi Millennial dan Generasi Z. Di mana kebanyakkan Generasi Millennial dan Generasi Z lebih sering membuka sosial media lewat gawai mereka dalam segala aktivitasnya dan sangat jarang sekali untuk membaca koran. 

Mengusung tagline "The Voice of Millennials adn Gen Z" William dan Winston sebagai founder IDN Times berharap, agar membuat para Generasi Millennial dan Generasi Z untuk selalu update dengan segala berita yang terjadi dengan mengedapankan kualitas konten yang baik untuk para pembaca. Dan menurut info yang tertera di website-nya, total pengunjung IDN Times saat ini telah mencapai 20 juta per bulan, dan total pageviews telah mencapai 90 juta per bulannya! Wow sungguh angka yang sangat fantastis!

Saya telah menjadi pembaca IDN Times sejak 2 tahun belakangan ini. Ya, di tahun 2015 sekitar bulan Juni, saya mengunjungi portal berita IDN Times ini. Lalu kenapa saya sangat menyukai membaca konten-konten yang tersaji di dalam portal berita "IDN Times" ini? Kasih tahu, jangan? baiklah, saya akan bocorkannya di sini, ya hanya di sini sekarang juga:

1. Konten-konten yang Sangat Bervariasi

Alasan pertama kenapa saya memfavoritkan portal berita IDN Times ini adalah karena konten-konten yang tersaji di sini sangat bervariasi. Konten di sini sangat banyak jumlahnya. Kalian bisa membaca sesuai dengan apa yang kalian butuhkan saat ini. Misalnya, kalian sedang ingin membaca konten yang berisi tentang Pilkada, maka kalian bisa baca di rubrik #MillennialsMemilih. Di sana, tersaji banyak ulasan tentang Pilkada. Seperti gambar di bawah ini: 

(Gambar Rubrik #MILLENIALSMEMILIH)

Dan bagi kalian yang sedang ingin membaca konten yang "ringan" bisa juga berkunjung ke rubrik-rubrik lain, yakni rubrik HYPE dan LIFE, Namun apabila kalian ingin membaca konten-konten terkini sesuai kejadian yang lagi happening saat ini di luar sana, kalian bisa membuka rubrik NEWS. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dengan gambar di bawah ini: 
(Gambar Rubrik NEWS)

(Gambar Rubrik HYPE)

Dan di rubrik LIFE, kalian juga akan menemukan rubrik lain, seperti: rubrik inpiration, rubrik relationship, rubrik woman, rubrik education, rubrik career, dan rubrik DIY)

2. Konten-konten Tersaji dengan Bahasa yang Mudah Dimengerti

Alasan kedua, mengapa saya sangat memfavoritkan portal berita IDN Times adalah karena konten-konten yang tersaji di portal berita online ini mudah dimengerti. Bahasa yang digunakan juga dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga asyik untuk dibaca khususnya bagi saya generasi millennial. Di rubrik LIFE contohnya banyak sekali artikel-artikel yang memberikan pelajaran hidup yang bermakna untuk saya pribadi. Banyak isi konten yang saya jadikan acuan untuk kehidupan saya sehari-hari. 

3. Konten-konten Dikemas dengan Gaya Tulisan Kekinian

Alasan ketiga, mengapa saya memafavoritkan portal berita online IDN Times adalah karena isi konten yang ada di sini, dikemas dengan gaya tulisan yang kekinian. It's so cool, right! Di tengah maraknya portal berita online yang hadir di Indoenesia saat ini, menurut saya IDN Times bisa "tampil" dengan outstanding. Walaupun banyak portal berita online lain yang mengemas konten untuk anak-anak muda, namun saya tetap menomorksatukan IDN Times untuk membaca rubrik-rubrik yang terkait dengan anak-anak muda. Asyik banget gitu baca IDN Times, karena dekat dengan saya kehidupan saya banget dari cara dan dari gaya penulisannya.

4. Konten-konten yang Ada Tidak Pernah Membosankan untuk Dibaca

Alasan keempat, mengapa saya memfavortikan portal berita online IDN Times adalah karena konten-konten yang ada di sini tidak pernah membosankan untuk dibaca. bahkan konten-konten di sini sangat shareable untuk saya bagikan di sosial media yang saya punya. Contohnya saja artikel berikut ini, artikel yang manis dan sederhana yang dengan membacanya saja bisa bikin bahagia. Contohnya saja artikel ini "Cuma Pria yang Mencintaimu Pasti Akan Melakukan 9 Hal Ini"


5. IDN Times Tak Hanya Menyajikan Konten tapi Juga Menyajikan Kuis

Alasan kelima mengapa saya memfavoritkan portal berita online IDN Times adalah karena IDN Times tak hanya menyajikan konten-konten bermanfaat tapi juga di sini terdapat rubrik QUIZ. Jadi kalian bisa selingi, membaca artikel dan juga ikutan kuis. Dan pilihan kuisnya pun sangat beragam di sini. Kalian tinggal pilih saja sesuai yang kalian suka


Nah begini tampilan kuisnya, seru lho! ikutan aja coba! :)

Dan yang paling mengasikkannya lagi, IDN Times juga mempunyai rubrik COMMUNITY di mana dalam rubrik ini, kalian para netizen millennials, bisa ikutan menjadi article contrbutor di sini. Keren bangeeett, kan? Tapi sebelumnya, kalian harus isi dulu data diri kalian. Tampilannya sebagai berikut:


Nah, kalau ditanya ada nggak sih saran-saran untuk kemajuan IDN Times ke depannya? tentu saja kalau dari saya akan menjawab, ADA DOONGG! hehehe. Kalau saya boleh mengasih saran, sebaiknya sih sering diadakan blog competition bagi para blogger-blogger di Indonesia, agar semakin banyak anak muda, khususnya para Generasi Millennials dan Generasi Z yang mencintai dunia literasi. Makanya saya seneng banget nih, begitu membaca pengumuman bahwa ada Blog Review seperti ini. 

Dan harapan saya, semoga IDN Times ke depan semakin kaya dengan konten-konten bermanfaatnya, tetap tampil outstanding dan tampil memukau bagi para pembacanya. Pertahankan konten-konten dengan tulisan bergaya kekinian dan menggunakan numerik, karena itu sangat menarik bagi saya dari "kacamata" sebagai pembaca.

Sekian dulu blog review dari saya!



Keep up the good work, IDN Times!



Rachmah Dewi 
Indonesian Books Author & Blogger

*Sumber gambar di dalam artikel ini adalah hasil edit dari penulis pribadi

Senin, 19 Februari 2018

"Ubur-ubur Lembur" yang Membuat Saya Terhibur

(Sumber gambar: Nusabali.com)


Hai hai hai....

Halooww semuanya :)

Jumpa lagi dengan saya, sang pemilik blog. Dalam postingan blog kali ini, saya mau mereview salah satu buku yang telah saya baca, yakni buku "Ubur-ubur Lembur" karya Raditya Dika.

Raditya Dika, nama yang udah gak asing lagi di dalam dunia kepenulisan Indonesia. Saya menjadi pembaca setia bukunya Bang Dika (Begitu biasa Raditya Dika disapa) sudah sedari saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saya selalu nggak pernah absen, tiap kali bukunya Bang Dika launching di toko buku.

Bang Dika, seperti biasanya, selalu menulis dengan asyik di dalam setiap buku-bukunya. Saya selalu ketawa-ketawa sendiri pas baca bukunya Bang Dika. Entah kenapa yak, isinya tuh konyol, kocak, tapi selalu saja ada pelajaran hidup terbaik yang bisa saya ambil setelah saya membaca buku-buku karyanya.

Dari sekian banyak buku karya Bang Dika, harus saya akui, buku "Ubur-ubur Lembur" lah yang saya rasa terrrrbaiiikkk! banyak pelajaran-pelajaran hidup dari apa yang Bang Dika tulis dalam buku ini yang relevan juga dengan kehidupan saya. 

Dalam 14 bab yang ada dalam buku ini, semua bab memiliki pesonanya masing-masing bagi para pembaca. buat saya sih yang paling "ngena" banget di saya itu bab yang

1. Percakapan dengan Seorang Artis (Halaman 145)
2. Curhatan soal Instagram Zaman Now (Halaman 159)
3. Percakapan dengan Seorang Anak yang Ingin Jadi Artis (Halaman 167)
4. Ubur-ubur Lembur (Halaman 219)


Dan bab yang paling terbaik akan saya jatuhkan pada bab "Ubur-ubur Lembur" gokils Bang, itu bener-bener palingggg "ngena" buat kehidupan gue!

Oke, saya jelaskan di sini mengapa saya begitu jatuh cinta pada bab "Ubur-ubur Lembur" ini. Dalam bab ini, Bang Dika bercerita tentang suka dukanya sebagai seorang penulis. Dan itu sangat-sangat relevan kepada saya, karena saya menekuni profesi yang sama sebagai seorang penulis buku.

Di mana dalam bab ini, Bang Dika seolah mengerti dan memahami dukanya sebagai seorang penulis. Ya Allah, makasih yak, Bang! Gue pikir, gak ada yang tau gimana dukanya jadi seorang penulis.

Berikut cuplikan tulisan Bang Dika pada bab "Ubur-ubur Lembur" yang menurut saya tuh paling "ngena" di hati saya sebagai seorang penulis buku:

"Banyak orang bertanya pada gue. 'Hidup sebagai penulis itu enak gak sih?' Jawaban singkatnya: Iya, enak. Tapi nggak selamanya enak juga, sih. Pasti ada alasan kenapa penulis dikatakan sebagai profesi  yang paling banyak kemungkinan bunuh dirinya di dunia."


"Menjadi Penulis, juga berarti kamu harus berkompromi dengan kehidupan sosialmu. Sering kali gue nggak bisa liburan karena ada deadline yang memaksa untuk diselesaikan. Seringkali pula, gue melewatkan malam minggu karena senin ada naskah yang harus disetor kepada produser."


"Namun menjadi penulis berarti kamu punya kebebasan penuh terhadap hidupmu. Kamu akan merasakan nikmatnya berkarya, menulis sebuah naskah itu di toko buku. Kamu akan tersenyum setiap kali ada pembaca yang mengirimkan twit bahwa dia sangat menyukai buku kamu, atau malah buku kamu menginspirasi dia untuk melakukan sesuatu dalam hidupnya yang dia selalu takut untuk lakukan"


Jika boleh saya memberi nilai dari skala 1 - 10, maka saya nggak akan ragu untuk memberikan nilai 10 buat buku ini. Pantas saja, buku ini baru 5 hari di toko buku sejak di awal kemunculannya di tanggal 1 februari 2018, sudah harus cetak ulang lagi. Dan beruntunglah, saya menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang membeli tepat di hari pertama buku ini di-launching, tanggal 1 februari 2018.

Teriamakasih Gagas Media yang udah menjadi wadah terbitnya buku keren ini. Dan Terimakasih Bang Dika untuk tulisanmu yang selalu keren!


(Sumber gambar: foto asli saya pribadi)


*Kapan ya saya bisa kolaborasi bareng Raditya Dika untuk bikin buku bareng? semoga jika tulisan ini baca, Bang Dika bisa mempertimbangkannya (ya kali aja Bang Dika baca terus saya diajak kolaborasi untuk duet bikin buku #ngarep hehehe)*

Salam!


Rachmah Dewi @rachmah_dewi
(Indonesian Books Author & Blogger)